kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,82   3,49   0.39%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berharap Kartu Tani sakti mengubah nasib petani


Senin, 16 Januari 2017 / 16:58 WIB
Berharap Kartu Tani sakti mengubah nasib petani


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Rizki Caturini

Masalah ketahanan pangan tak hanya sekadar cara menggenjot produksi dan mengurangi impor untuk mencapai swasembada. Sebelum berbicara upaya meningkatkan produksi pangan, nasib petani, aktor utama dalam produksi pangan, harus dipikirkan.

Pekan lalu, pemerintah lewat Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merilis program Kartu Tani yang disebarkan secara serentak di 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Kartu Tani adalah salah satu program pemerintah agar petani bisa mengakses layanan perbankan. Kartu Tani ini dicetak pemerintah dengan menggandeng tiga bank plat merah, yaitu BRI, BNI, dan Bank Mandiri.

Hingga saat ini, Kartu Tani telah didistribusikan oleh BRI kepada 446.934 petani di berbagai wilayah di Jawa Tengah. Dengan Kartu Tani, petani akan mudah melakukan simpan-pinjam, mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR), transaksi pembelian sarana produksi pertanian dan penjualan hasil panen," ujar Hari Siaga Amijarso, Corporate Secretary BRI pekan lalu.

Kartu Tani merupakan kartu identitas bagi petani, sekaligus berfungsi sebagai kartu debit dan ATM yang berisi database tiap petani. Data tersebut bersumber dari pemerintah daerah setempat, terdiri dari data pribadi petani, data lahan, dan data komoditasnya.

Rini Soemarno, Menteri BUMN, menyatakan, dengan adanya Kartu Tani ini, pendataan bisa berjalan dengan tepat. "Sehingga untuk ke depannya kita bisa tahu kebutuhan petani dengan tepat sasaran juga," tambah Rini.

Jika data lahan dan komoditas tiap petani jelas, diharapkan distribusi Kartu Tani ini bisa merata ke seluruh daerah di Indonesia.

Selain bekerja sama dengan bank BUMN, pemerintah juga melibatkan Bulog sebagai pihak yang bisa langsung membeli komoditas milik petani pemilik Kartu Tani dengan harga wajar. "Jangan sampai harga di pasaran tinggi, tapi petani tidak dapat keuntungan," ujar Rini.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, program Kartu Tani ini sebagai langkah awal untuk membentuk sistem pertanian Indonesia yang terintegrasi. "Sudah saatnya masyarakat tani kita mulai belajar digitalisasi pertanian. Kartu Tani ini juga jadi solusi bagi masalah pendistribusian pupuk bersubsidi di Jawa Tengah," tuturnya.

Petani di Jawa Tengah banyak yang mengeluh kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Dengan adanya Kartu Tani ini, Ganjar berharap para petani bisa terus mendapatkan pendampingan dari tim penyuluh pertanian.

Saat ini, masih ada 14 Kota/ Kabupaten lain di Jawa Tengah yang belum mendapatkan Kartu Tani dan saat ini masih dilakukan pendataan kepada petani calon penerimanya.

Prayitno, petani padi di Sragen, Jawa Tengah menyambut baik upaya pemerintah merilis program Kartu Tani ini karena bisa mendekatkan petani dengan perbankan.

Ia menyatakan, selama ini, meskipun punya lahan garapan, tapi banyak petani yang tak bisa mengakses kredit di bank lantaran banyak faktor, terutama soal faktor psikologis petani bahwa berurusan dengan bank itu rumit. "Kartu tani bisa menjadi titik awal untuk membina hubungan baik antara petani dan perbankan," ujarnya.

Bagi Prayitno, sektor pertanian tak bisa lagi dipisahkan dari industri keuangan. Pasalnya, sebelum ada program Kartu Tani, petani di wilayahnya juga dikenalkan dengan program asuransi pertanian.

Meskipun premi asuransi pertanian sebagian besar masih ditanggung pemerintah, tapi semangat melek keuangan sudah ditunjukkan para petani dengan memahami manfaat dari produk keuangan untuk petani.

Ia berharap, Kartu Tani ini bisa membuat keuntungan petani kembali meningkat serta yang paling penting adalah menghindari petani dari jerat tengkulak yang mencari untung besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×