kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berikut faktor penentu kinerja Bisi International (BISI) pada tahun ini


Jumat, 15 Oktober 2021 / 17:32 WIB
Berikut faktor penentu kinerja Bisi International (BISI) pada tahun ini
ILUSTRASI. Panen hasil benih jagung super hibrida produksi BISI.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bisi International Tbk (BISI) mengincar kinerja yang lebih baik sampai akhir tahun 2021. Perusahaan ini menyiapkan beberapa strategi untuk mengantisipasi permintaan produk benih hingga pestisida.

Presiden Direktur BISI Agus Saputra Wijaya optimistis pihaknya bisa meraih pertumbuhan pendapatan 20% atau minimal dobel digit di tahun ini. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan penjualan di berbagai sektor, seperti benih jagung, benih holtikultura, dan agrokimia.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang saat ini mempengaruhi pertumbuhan kinerja BISI. Di antaranya adalah harga jagung di level petani yang cukup baik sehingga minat tanam oleh petani meningkat.

Selain itu, situasi pandemi Covid-19 yang mulai terkendali di Indonesia sehingga pemerintah melonggarkan kebijakan PPKM. Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan restoran dan industri kuliner akan bahan pangan seperti sayur dan buah-buahan.

Baca Juga: Hingga September 2021, Indonesia Terminal Kendaraan (IPCC) menyerap 20,59% capex

BISI pun memastikan akan mendukung petani sayur dan buah-buahan dengan menyediakan benih hortikultura yang berkualitas. “Seiring dengan kedua faktor tadi, tentunya permintaan akan pestisida dan pupuk juga akan meningkat sebagai bagian dari sarana produksi pertanian yang diperlukan,” ungkap Agus, Jumat (15/10).

Dia menambahkan, jelang musim hujan, BISI telah mempersiapkan stok benih baik jagung hibrida yang akan banyak ditanam serentak di lahan tadah hujan maupun pestisida jenis herbisida dan fungisida yang kebutuhannya meningkat saat musim hujan.

Adapun tantangan bisnis BISI saat ini adalah kenaikan harga bahan baku pestisida yang terjadi secara global sekaligus kepastian pasokan barang yang ada. “Namun, kami berusaha mengelola kenaikan harga dan terganggunya pasokan bahan baku ini dengan baik, sehingga tidak terlalu berdampak terhadap kinerja perusahaan,” pungkas Agus.

Sebagai informasi, hingga semester I-2021, penjualan neto BISI tumbuh 6,28% (yoy) menjadi Rp 946,33 miliar. Sedangkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BISI naik 54,97% (yoy) menjadi Rp 145,88 miliar.

Selanjutnya: Melalui Intan Kenkomayo, Japfa Comfeed (JPFA) siap meningkatkan ekspor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×