Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kedatangan Coldplay ke Jakarta dalam rangka tour dunianya, ternyata membawa berkah bagi hotel-hotel di sekitar kawasan Gelora Bung Karno (GBK) yang menjadi tempat manggung band asal Inggris tersebut.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono mengatakan bahwa tingkat okupansi atau tingkat hunian kamar hotel terutama bagi hotel-hotel di sekitar kawasan GBK sudah mendekati angka 100%.
“Kalau di sekitar GBK (hotel) itu sudah hampir penuh semua ya. 98% kira-kira segitu, mendekati 100%, karena memang sudah ada yang full, meskipun ada juga yang belum tapi sedikit,” ungkap Sutrisno saat dihubungi Kontan, Senin (13/11).
Ia menambahkan okupansi mendekati penuh ini banyak dirasakan oleh hotel-hotel dengan kriteria penilaian dari bintang 3 keatas.
Baca Juga: Jelang Konser Coldplay 15 November 2023, Ini yang Dilakukan Pengelola GBK
Terlepas dari isu demo penolakan hingga pembatalan konser Chris Martin dan kawan-kawan di Jakarta, band ini dijadwalkan manggung di Indonesia selama satu hari, pada Rabu, 15 November 2023, tepatnya jam 9 malam.
Sutrisno menambahkan PHRI tidak memiliki himbauan khusus untuk para penonton dan masyarakat, pihaknya hanya berharap semua pihak yang terlibat tetap tertib dan mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku.
“Gak ada sih kalau dari kami, yang penting ikuti aturan pemerintah saja,” katanya.
Diluar efek domino dari konser Coldplay lusa besok, PHRI optimis di akhir tahun 2023 terutama di malam tahun baru peningkatan okupansi hotel-hotel di Jakarta juga akan meningkat.
“Peningkatan okupansi ada, menjelang tahun baru pasti ada peningkatan. Terutama malam tahun barunya dan mendekati full (okupansi) biasanya,” jelasnya.
Baca Juga: Grup Band Coldplay Digugat Mantan Manajer Hingga Lebih dari Rp 182,7 Miliar
Meski begitu, Sutrisno mengatakan industri hotel Indonesia di tahun ini masih harus menghadapi sejumlah tantangan usai dihantam oleh Covid-19 beberapa waktu lalu.
“Wisatawan belum balik 100%, ya karena daya beli masyarakat belum baik. Di luar negeri, juga kita lihat masih macam-macam, banyak persoalan muncul,” katanya.
Sutrisno menjelaskan, adanya masalah geo politik seperti terjadinya perang di Ukraina-Rusia, adanya perang lagi di Timur Tengah, semua itu tidak memberikan dukungan bagi mobilitas turis mancanegara dan ini juga berpengaruh pada daya beli masyarakat luar negeri yang masih belum pulih 100%.
“Karena turis luarnya tidak mengalami kemajuan yang berarti, kita berharap pemerintah bisa mendorong arus wisatawan dalam negeri (domestik). Itu satu-satunya yang kita harapkan,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News