Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Studi yang dirilis lembaga kajian internasional, Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menyebut, proyek gasifikasi batubara yang dikembangkan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Sumatra diperkirakan dapat menyebabkan kerugian hingga US$ 377 juta atau sekitar Rp 5 triliun.
Analis keuangan IEEFA yang juga peneliti studi tersebut, Ghee Peh, mengingatkan bahwa kontraksi ekonomi akibat krisis Covid-19 bukan langkah yang tepat memberikan subsidi kepada proyek energi yang secara ekonomi tidak masuk akal.
Apalagi menurutnya, harga batubara saat ini berada di bawah breakeven bagi hampir semua perusahaan batubara Indonesia yang terdaftar di bursa saham.
“Mengingat situasi saat ini, maka akan sulit untuk membenarkan pemberian subsidi dan dukungan pemerintah pada proyek gasifikasi batu bara yang hanya akan mendatangkan kerugian finansial,” ungkap Ghee dalam siaran tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (10/11).
Baca Juga: Kinerja Bukit Asam (PTBA) hingga kuartal III loyo, ini rekomendasi analis
Seperti diketahui, proyek gasifikasi perusahaan dengan kode emiten PTBA tersebut akan memproduksi methanol dan akan dikembangkan untuk memproduksi dimethyl ether (DME). Rencananya, DME digunakan untuk menggantikan LPG yang diimpor Indonesia.
IEEFA memperkirakan, proyek ini dapat menyebabkan kerugian Rp 5 triliun setara US$ 377 juta setiap tahun setelah mengurangi semua biaya operasi dan pembiayaan. Ini dapat menggerus penghematan yang didapatkan dari mengurangi impor LPG hingga Rp 266,7 miliar atau US$ 19 juta.
“Perhitungan kami menunjukkan bahwa biaya produksi DME akan dua kali lipat dari biaya impor LPG. Total biaya membangun fasilitas produksi DME adalah Rp 6,5 juta per ton atau US$ 470 per ton—hampir dua kali lipat dari biaya yang Indonesia keluarkan untuk mengimpor LPG yang sejauh ini paling banyak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga," terang Ghee.
Apalagi, pemerintah saat ini sudah dibebankan dengan pemulihan ekonomi nasional serta permintaan keringanan yang diajukan oleh industri batu bara. "Rasanya tidak bijak apabila beban tersebut ditambah dengan keharusan untuk mendukung proyek yang hanya akan menyebabkan kerugian,” pungkas Ghee.
Selanjutnya: ANTM dan PTBA raup laba, TINS merugi, simak rekomendasi analis berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News