Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Produsen produk farmasi PT Biofarma tak khawatir kinerja penjualan produk vaksinnya tergerus oleh beredarnya produk vaksin palsu. Perusahaan farmasi pelat merah tersebut menyatakan, tak ada produk vaksin palsu yang mencatut nama produk Biofarma.
M. Rahman Rustan Sekretaris Perusahaan Biofarma bilang, belum ada temuan vaksin palsu yang menyerupai produk Biofarma.
"Dari semua merek vaksin palsu yang beredar tersebut, tidak ada yang mencatut buatan Biofarma, mungkin itu produk impor" kata Rahman kepada KONTAN, Senin (27/6).
Perlu diketahui, insiden beredarnya vaksin palsu telah meresahkan masyarakat, khususnya orang tua. Pasalnya, vaksin palsu yang tersebar tersebut merupakan vaksin yang banyak digunakan oleh anak-anak balita.
Dari hasil penyelidikan kepolisian, kuat dugaan vaksin palsu yang beredar mencatut nama vaksin tuberkulin, pediacel, tripacel, havrix, dan biocef. Edwin menyatakan, tak ada vaksin palsu yang mencatut nama Biofarma.
Biofarma merupakan satu-satunya perusahaan milik negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi vaksin. Produk vaksin yang diproduksi oleh perusahaan ini antara lain vaksin untuk virus, vaksin bakteri, vaksin kombinasi, antisera dan diagnostik.
Oleh karena itu, Rahman menandaskan, belum ada vaksin palsu yang mengatasnamakan produk Biofarma. Selain itu, Rahman mengklaim, produk vaksin dari Biofarma sudah sesuai aturan dan pengawasan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Saat ini, Biofarma memenuhi kebutuhan vaksin dasar untuk program pemerintah, atau vaksin anak untuk 5 juta bayi yang lahir di Indonesia.
Vaksin-vaksin yang dibeli pemerintah tersebut didistribusikan secara tertutup dari Biofarma ke dinas kesehatan provinsi di Indonesia. "Termasuk ke Posyandu dan Puskesmas," ujar Rahman.
Dominasi Biofarma
Adapun jenis vaksin yang diproduksi Biofarma adalah vaksin BCG untuk pencegahan TBC, Tetanus toxoid, tetanus difteri, DTP, campak, perntabio, dan hepatitis B. Rahman menambahkan penjualan vaksin Biofarma terbagi dua yaitu ada 40% untuk pasar domestik, sisanya untuk ekspor ke 90 negara.
Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut, Rahman menyatakan, mereka telah mencapai kapasitas produksi maksimum 100%. Namun, tak semua vaksin yang di ekspor. "Yang diekspor hanya vaksin BCG dan flu bio saja," terang Rahman.
Meski Biofarma dominan di bisnis vaksin, namun ternyata tidak membuat perusahaan farmasi lain iri.
Pasalnya untuk memproduksi vaksin, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu fasilitas produksi yang lengkap, kompetensi dan teknologi khusus, dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Untuk memiliki fasilitas tersebut, butuh investasi yang cukup besar. "Indofarma tidak memiliki ketiga syarat itu, yang punya kompetensi hanya Biofarma," kata Yasser Arafat, Sekretaris Perusahaan PT Indofarma Tbk, kepada KONTAN, kemarin.
Hal senada juga diungkapkan Vidjongtius Direktur PT Kalbe Farma Tbk tentang vaksin.
"Memang berat fasilitas produksi. Saat ini Kalbe belum punya, kemungkinan di masa mendatang Kalbe bisa kami rencanakan," katanya kepada KONTAN, Senin (27/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News