kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis baja lapis semakin tebal


Rabu, 15 Februari 2017 / 11:17 WIB
Bisnis baja lapis semakin tebal


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Produsen baja lapis aluminium optimistis dengan prospek kinerja mereka di tahun ini. Proyek infrastruktur pemerintah bisa menjadi katalis bagi mereka.

PT Saranacentral Bajatama Tbk semisal. Perusahaan yang mejeng di bursa dengan kode saham BAJA ini berharap bisa menaikkan produksi hingga 62% tahun ini dari realisasi tahun lalu sebanyak 37.000 ton.

"Tahun ini, kami optimistis dengan target produksi 60.000 ton," tandas Direktur Utama Saranacentral Bajatama Handaja Susanto, kepada KONTAN, Senin (13/2). Adalah rencana pemerintah yang masih akan menggeber proyek infrastruktur dan konstruksi menjadi dasar target BAJA.

Tak hanya Saranacentral, PT Sunrise Steel yang saat ini telah mencatat kapasitas produksi maksimal untuk baja lapis aluminium juga optimis bisa mendongkrak kinerjanya. Perusahaan yang memiliki pabrik di Surabaya itu memprediksi, kapasitas produksinya tahun ini maksimal 120.000 tahun ini. Target ini sama dengan capaian 2016.

Lantaran kapasitas produksi pabrik sudah maksimal, manajemen Sunrise Steel kini siap ekspansi. Namun rencana ekspansi baru direalisasikan tahun 2018. "Akhir semester I-2018 kami tambah kapasitas produksi 400.000 ton per tahun," kata Henry Setiawan, Presiden Direktur Sunrise Steel kepada KONTAN.

Atas rencana ini, manajemen Sunrise Steel siap menggelontorkan investasi sebanyak US$ 50 juta. Harapannya, "Setelah kapasitas pabrik bertambah, kami target market share baja lapis kami naik jadi 15%, " sebut Henry.

Meski optimis, bisnis baja lapis aluminium tak imun terhadap tantangan. Henry menyatakan, tingginya biaya produksi karena mahal harga gas menjadi soal. Apalagi, selama ini, pasokan bahan baku baja lapis yakni cold rolled coil masih harus impor. Ini jelas menambah biaya produksi pabrikan.

Meski begitu, baik Saranacentral dan Sunrise Steel mengaku pasar baja lapis aluminium terbilang sangat menggiurkan. Merujuk data dari Indonesia Zinc Aluminium Steel Industry (IZASI), kebutuhan baja lapis aluminium Indonesia tahun ini bisa mencapai 1,3 juta ton. Dari jumlah kebutuhan tersebut, produsen baja lapis aluminium lokal baru bisa memasok sebanyak 30%, adapun sisanya masih harus impor.

Selain BAJA dan Sunrise Steel, pemain lain di bisnis baja lapis aluminium adalah NS BlueScope, yang tahun ini berharap bisa mencatat kenaikan penjualan sebesar 15%. Asal tahu saja, NS BlueScope saat ini memiliki kapasitas produksi sebanyak 250.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×