Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Memperkenalkan produk baru boleh jadi lebih mudah ketimbang memasarkannya. Sejak meluncurkan produk Saranacolor tiga tahun lalu, hingga kini PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) masih harus berjuang keras merebut perhatian pasar. Namun perusahaan tersebut percaya, usahanya tak akan sia-sia.
Saranacolor adalah produk baja lapis seng aluminium yang memiliki tujuh pilihan warna. Pusat produksi perusahaan ini di Karawang Timur, Jawa Barat. Total kapasitas terpasang pabrik Saranacolor 15.000 per bulan atau 180.000 ton per tahun.
Meski sudah hadir di pasar sejak tahun 2013, Saranacentral masih mengategorikan Saranacolor sebagai produk baru. "Ini harus dapat kepercayaan pasar dulu, mungkin butuh waktu lima tahun sampai tujuh tahun," ujar Handaja Susanto, Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk kepada KONTAN, Kamis (1/12).
Utilisasi produksi pabrik Saranacolor saat ini 60%. Nah, tahun depan Saranacentral ingin meningkatkan utilisasi menjadi 80%-90%.Secara keseluruhan, Saranacentral mengincar penjualan sebesar Rp 1,3 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 98,7 miliar. Sebagai perbandingan, proyeksi penjualan dan laba bersih tahun ini adalah Rp 996 miliar dan Rp 50 miliar.
Demi merealisasikan target 2017, mereka akan menempuh dua cara. Pertama, Sara-nacentral mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) 2017 sebesar US$ 8 juta atau Rp 100 miliar. Tahun ini, mereka menganggarkan belanja operasional, tapi tak menyediakan capex. Saranacentral akan menggunakan capex untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk.
Kedua, Saranacentral bersama asosiasi akan mendesak pemerintah agar mewajibkan stempel standar nasional Indonesia (SNI) untuk semua produk yang beredar di pasar lokal. Ini adalah upaya membendung baja impor dari China.
Saranacentral mencatat, sejauh ini belum ada wajib SNI untuk produk baja lapis seng aluminium. Perusahaan berkode saham BAJA di Bursa Efek Indonesia itu berharap, penerapan wajib SNI baja lapis berlaku mulai tahun depan. "Tahun depan, kami ajukan untuk safe guard atau anti dumping produk impor," terang Suryani Kamil, Direktur Keuangan PT Saranacentral Bajatama Tbk.
Di samping dua upaya tadi, Saranacentral mengendus dua katalis positif. Salah satunya adalah proyek infrastruktur pemerintah bakal lebih ramai tahun depan.
Katalis positif lain adalah, kebijakan penurunan harga gas industri oleh pemerintah. menjadi US$ 6 per mmbtu. Maklum, saat ini Saranacentral membayar harga gas US$ 10 per mmbtu. "Kalau harga gas turun kami bisa saving-lah, itu bisa 30% kalau benar harga gas itu bisa turun menjadi US$ 6," kata Suryani.
Sebagai informasi, Saranacentral masih mengimpor bahan mentah dari Taiwan dan Korea Selatan sebesar 30% dari total kebutuhan bahan mentah. Pada tataran bahan baku, mereka juga pihak ketiga yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News