Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis co-working space atau ruang kerja bersama di Indonesia semakin dibutuhkan. Christopher Widyastanto, Associate Director Cushman & Herald menyebut, tren co-working space telah mengubah cara orang bekerja menjadi lebih fleksibel dan memberikan peluang untuk membangun networking.
Berbagai perusahaan co-working space, termasuk pemain-pemain besar di skala global, telah mulai menjajaki pasar Indonesia yang saat ini berpeluang besar. “Terutama untuk mengisi kekosongan di dalam pasar yang saat ini diisi oleh kelebihan pasokan (gedung perkantoran) dan masih dalam kondisi tenants market,” ujar Christopher dalam siaran persnya, Kamis (19/7).
Berdasarkan data Cushman & Wakefield, tingkat rata-rata okupansi ruang kerja di kawasan pusat bisnis Jakarta di kuartal pertama tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, yakni dari 80,85% menjadi 76,67%. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pasokan tambahan di kuartal pertama tahun ini.
Akibatnya, harga sewa bulanan ruang perkantoran telah menurun sebesar 6,67% menjadi US$ 21.82 per meter persegi (m²). Kondisi ini diperkirakan akan tetap berada di bawah tekanan sepanjang tahun 2018.
Tingkat kekosongan juga diperkirakan akan meningkat di tengah kesenjangan antara banyaknya pasokan dan rendahnya permintaan ruang perkantoran. “Pasar properti mesti menerima dan melihat perkembangan co-working space sebagai salah satu cara berbisnis, bukan sebagai gangguan di pasar real estate,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News