Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengemukakan banyaknya orang yang terjun ke bisnis makanan beku atau frozen food di tingkat usaha mikro kecil menengah (UMKM) maupun rumahan, memang menyumbang cuan bagi bisnis cold chain dan juga industri frozen food sendiri.
Ia memprediksi di tahun 2025, nilai pasar frozen food bisa mencapai Rp 200 triliun. Adapun pada tahun 2020, nilai pasarnya mencapai Rp80 triliun dan tahun ini diprediksi menjadi Rp 95 triliun.
"Tren makanan beku ke depannya, pasarnya dapat mencakup hingga ke pelosok, jadi dibutuhkan mini-mini temperature-storage sebagai hub dari pasar ritel, third party logistics dan distribution center," jelas Yasni saat dihubungi oleh Kontan, Kamis (21/10).
Ia melanjutkan, produk penunjang makanan beku berupa mini temperature-storage berkapasitas 10-100 ton secara bertahap juga akan tumbuh pesat.
Belum lagi, adanya chest freezer yang disediakan oleh UMKM dan pebisnis rumahan. Yasni mencatat, saat ini secara statistik banyaknya jenis chest freezer adalah 1 dari 40 jumlah penduduk atau 1 : 40. Dari perkiraan tersebut, Yasni memprediksi nilai pasar frozen food bisa mencapai Rp95 triliun tahun ini dan melonjak hingga Rp200 triliun pada 2025 mendatang.
Baca Juga: Pelaku usaha rantai pendingin dipastikan ikut terlibat proses distribusi vaksin
Ia mengatakan, manisnya hasil tersebut juga mempengaruhi bisnis cold chain. ARPI mencatat, bisnis cold chain sebelum pandemi tumbuh pada rerata 6-7%, lalu terkoreksi 3,1% di tahun 2020. Di tahun ini, pertumbuhan diprediksi dapat mencapai 6% karena terbantu dengan distribusi dan penyimpanan vaksin, serta serta frozen food.
"Adapun pada tahun 2022, bisnis cold chain diprediksi dapat mencapai 9%," sambungnya.
Untuk menyiasati pertumbuhan bisnis frozen food tersebut, ARPI menyediakan layanan di pelabuhan peti kemas reefer container, third party logistics dan industri peranan jasa pelayanan frozen food untuk bisnis B to C yang disediakan dari industri market place, e-commerce dan service provider.
Tak hanya itu, titik cold chain di last mile juga akan menggiring efisiensi biaya cold chain logistics secara keseluruhan (dari first mile ke middle mile dan last mile), dan ini sudah bertahap ada semenjak situasi pandemi tahun lalu."Sementara untuk standar SNI untuk cold chain logistics sedang digarap. Nantinya setiap industri jasa pengiriman frozen food juga selayaknya tersertifikasi sesuai hasil SNI-nya,"tutup dia.
Selanjutnya: Vaksinasi Covid-19, permintaan rantai pendingin di industri farmasi meningkat 30%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News