Reporter: Petrus Dabu | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Produksi Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis bioetanol sulit berkembang lantaran indeks harga yang ditetapkan pemerintah tahun 2009 lalu tidak memberikan margin keuntungan lumayan bagi produsen.
Akibatnya, sejak 2010 lalu, produsen bioetanol banyak yang tidak memproduksi bioetanol, meski sudah dimandatkan pemerintah. Berdasarkan rencana strategis Kementerian ESDM, penggunaan bioetanol diamanatkan sebesar 660.980 kiloliter (KL), kemudian tahun 2011 sebesar 694.000 KL, dan 2012 ini ditargetkan 244.000 KL.
Pemerintah melalui APBN 2012, menganggarkan subsidi bioetanol sebesar Rp 3.500 per liter dengan total dana Rp 854 juta.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) Paulus Tjakrawan mengatakan, tahun produksi dan penyerapan bioetanol bisa nol jika indeks harga baru tidak segera ditetapkan.
"Harga indeks yang dibuat tahun 2009 itu sudah tidak relevan lagi dengan harga sekarang," ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Berdasarkan indeks yang ditetapkan tahun 2009 itu, kata dia, biaya produksi bioetanol bisa lebih mahal ketimbang harga jual ke konsumen. "Makanya, produsen tidak mau memproduksinya," ungkap Paulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News