Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terus melambung hingga pertengahan tahun 2021. Sejumlah produsen kemasan pun mencoba mengantisipasi dampak lebih lanjut dari kenaikan harga komoditas tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juli 2021 berada di level US$ 71,17 per barel pada Selasa (15/6) pukul 17.15 WIB. Di saat yang sama, harga minyak Brent kontrak pengiriman Agustus 2021 berada di level US$ 73,16 per barel.
Presiden Direktur PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) Antonius Muhartoyo menyampaikan, pada dasarnya kenaikan harga minyak mentah tidak selalu linear dengan harga bahan baku kemasan. Artinya, bisa saja harga bahan baku kemasan dan produk turunannya naik di saat harga minyak mentah turun. Begitu pula sebaiknya.
Kendati begitu, untuk kali ini memang terjadi tren kenaikan harga bahan baku kemasan yang searah dengan naiknya harga minyak mentah dunia.
Antonius menyebut, kenaikan bahan baku kemasan saat ini mencapai kisaran 16% bila dibandingkan posisi di tahun lalu. Sedangkan kenaikan harga kemasan di sektor hilir sebesar 7% di saat yang sama.
Baca Juga: Permintaan plastik meningkat, penjualan Lotte Chemical Titan (FPNI) terungkit
Tak hanya itu, IGAR juga sedikit terpengaruh oleh sentimen berupa kelangkaan kontainer yang terjadi dalam skala global.
“Tetapi, kami sudah memiliki stok bahan baku yang cukup untuk menghadapi perubahan-perubahan yang ada,” imbuh dia, Selasa (15/6).
Direktur PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) Lukman Hakim berujar, saat ini bahan baku bijih plastik bisa berasal dari gas, batubara, dan komoditas lainnya di luar minyak mentah. PBID sendiri sudah bekerja sama dengan lebih dari 20 pemasok petrokimia di beberapa negara untuk memenuhi kebutuhan bahan baku yang lebih kompetitif.
“Kami tidak mendapat pengaruh dari sisi produksi dan distribusi,” ujarnya, hari ini.
Terlepas dari itu, Manajemen PBID mengaku bahwa sudah terdapat kenaikan harga jual kemasan di sektor hilir. Kenaikan tersebut terjadi secara bertahap yang artinya tidak serentak dengan lonjakan harga minyak mentah global.
Pihak PBID tetap berpegang teguh menjalani strategi bisnis seperti memperluas pangsa pasar dan jaringan distribusi, meningkatkan kualitas produk, meningkatkan inovasi dan diversifikasi produk, melakukan efisiensi operasional, hingga terus menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Sementara itu, Director of Sales and R&D PT Prima Makmur Rotokemindo Arief Santoso menyebut, kenaikan harga bahan baku kemasan sudah terjadi pada kuartal I-2021 lalu bertepatan dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Namun, menurutnya harga bahan baku tersebut sudah cenderung stabil saat memasuki kuartal kedua.
Baca Juga: Menggali potensi Indonesia jadi produsen dan eksportir produk halal terbesar dunia
Lantas, ada beberapa produk kemasan Prima Makmur Rotokemindo yang mengalami kenaikan saat dijual ke pelanggan. “Tapi ada juga yang tidak bisa naik harganya karena faktor kontrak dengan pelanggan,” ucapnya saat jumpa pers virtual, Selasa (15/6).
Secara umum, ia menilai kenaikan harga minyak mentah dunia tidak mempengaruhi iklim industri kemasan. Sebab, konsumsi kemasan sendiri mampu tumbuh sekitar 15%--30% dibandingkan saat sebelum pandemi Covid-19.
Hal ini dipicu oleh pola hidup masyarakat yang mementingkan tingkat higienisan makanan atau minuman yang dikonsumsi di era pandemi. Alhasil, produksi dan penjualan kemasan ikut mengalami kenaikan.
Selanjutnya: Konsumsi plastik melejit di tengah pandemi, Sabic ciptakan solusi kemasan inovatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News