Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Kini giliran industri ritel bidang pusat perbelanjaan (mall) akan terkena imbas penurunan bisnis, karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan daya beli konsumen.
Para pengembangan kelas kakap yang memiliki bisnis ritel memprediksi akan terjadi penurunan dua digit untuk volume bisnis di mall.
Herlina Tamblin, General Manager Sales dan Marketing SOHO @ Podomoro City, memprediksi bisnis ritel seperti pusat perbelanjaan akan turun di daerah tertentu, karena konsumen cenderung menahan diri untuk berbelanja (spending).
“Kami memproyeksikan untuk mall akan ada penurunan 20%-30%,” katanya, Kamis (3/9).
SOHO @ Podomoro City proyek garapan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) in menyiapkan strategi untuk mendongrak pertumbuhan bisnis ritel di tahun mendatang.
Misalnya, perusahaan akan meluncurkan NEO SOHO mall pada awal tahun 2016 yang akan terkoneksi dengan Central Park mall milik APLN.
Untuk menarik konsumen, NEO SOHO mengandalkan Central Departemen Store sebagai pusat belanja dan aquarium sebagai wahana hiburan yang ada di dalam mall.
Saat ini, tahap pembangunan sudah selesai 80%, sisanya pembangunan akan selesai di semester II/2015.
“Ada beberapa tenant yang sudah masuk, nanti ketika peluncuran akan diumumkan,” tambahnya.
Olivia Surodjo, Direktur dan Sekretaris Korporasi PT Metropolitan Land Tbk (MTLA), menilai penurunan tarif listrik hanya akan membantu pemangkasan biaya listrik para tenan namun tidak membantu mendorong kunjungan konsumen, karena tenant tidak serta merta menurunkan biaya barang atau jasa dari penurunan tarif listrik.
"Sudah dua pekan ini kunjungan konsumen di mall milik Metropolitan Land menurun," katanya.
MTLA sendiri sedang menyelidik penyebab penurunan konsumen ini sementara atau berkelanjutan yang disebabkan dari perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Lanjutnya, jika konsumen secara terus menerus terjadi penurunan maka perusahaan akan menurunkan biaya sewa tenant dengan asumsi pertumbuhan ekonomi melambat.
"Saat ini, skema sewa gerai itu setiap lima tahun sekali. Jadi kami nanti akan melihat bagi tenant yang sudah memasuki masa kontrak lima tahun," tambahnya.
The Breeze akan menjadi andalan ritel Sinar Mas Land Grup. Bramamesta Bagjanata, Head of Corporate Marketing Sinar Mas Land mengatakan, pihaknya akan meluncurkan hiburan baru di The Breeze untuk menarik pengunjung, yakni bioskop Cinemaxx dan area olahraga bowling.
“Kami akan meluncurkan ini di tahun mendatang,” ucap Bramamesta.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang melambat belum mempengaruhi daya beli konsumen di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), karena kawasan ini terdiri dari masyarakat kelas menengah ke atas.
Misalnya, konsumen yang datang untuk belanja atau makanan dan minum di supermarket atau mall masih tetap ada.
Meskipun ada proyeksi penurunan daya beli di ritel seperti mall, namun Bank Indonesia (BI) mencatat akan terdapat tambahan pasokan beberapa proyek ritel di wilayah Jabodebek pada periode tahun berjalan atau hingga akhir tahun 2015.
Seperti Lippo Mall Puri, Mall Pantai Indah Kapuk, One Bel Park dan Central Park Extension.
Adapun kenaikan pasokan ritel ini tidak mengerek kenaikan harga sewa dan harga jual pasokan ritel.
Pertumbuhan tarif sewa sebesar 5,01% per kuartal II/2015 atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebesar 6,18% pada kuartal I/2015.
Begitupula dengan pertumbuhan harga jual ritel tumbuh 12,06% per kuartal II/2015, atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebesar 12,29% per kuartal I/2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News