kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   24.000   1,01%
  • USD/IDR 16.580   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.125   73,58   0,91%
  • KOMPAS100 1.120   14,21   1,28%
  • LQ45 780   7,86   1,02%
  • ISSI 292   2,64   0,91%
  • IDX30 406   2,01   0,50%
  • IDXHIDIV20 454   0,57   0,13%
  • IDX80 123   1,36   1,12%
  • IDXV30 131   1,14   0,88%
  • IDXQ30 128   0,32   0,25%

Bisnis pembanding produk belum tren


Rabu, 18 Juni 2014 / 07:23 WIB
Bisnis pembanding produk belum tren
ILUSTRASI. Pasutri Wajib Tahu Nih! Ini Penyebab Rasa Sakit Saat Berhubungan Intim


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Membandingkan produk demi mendapatkan kualitas terbaik dengan harga paling miring menjadi kebiasaan konsumen pintar. Karakter ini dibaca oleh para pelaku bisnis penyedia situs pembanding produk keuangan yang belakangan bermunculan.

Beberapa situs pembanding yang hadir sebut saja cekaja.com dan dompetpintar.com yang memiliki kantor di Jakarta dan Singapura. Ada pula situs halomoney.com dan masih banyak lagi.

Meski sudah bisa dijumpai hanya dengan memanfaatkan mesin pencari internet, situs jasa pembanding keuangan ini rata-rata belum benar-benar bisa dimanfaatkan.

Ichsan Annas Wicaksono, Co Founder sekaligus Managing Director Halomoney mengakui saat ini situsnya masih dalam tahap pembangunan sistem. "Saat ini kami masih dalam fase beta tapi kami sudah go live untuk vertical banking product seperti kartu kredit," beber Ichsan saat kepada KONTAN, beberapa waktu yang lalu.

Selain kartu kredit, Halomoney juga tengah mempersiapkan menambah produk  kredit tanpa agunan (KTA), kredit kepemilikan rumah (KPR), deposito dan asuransi. Perusahaan yang berkantor di Kuningan, Jakarta Selatan ini juga bakal menyuguhkan produk telekomunikasi yakni broadband internet.

Ichsan mengklaim, sejak mengenalkan perusahaannya dua bulan silam, situsnya telah dikunjungi lebih dari 10.000 pengunjung. Terbanyak, pengunjung mengintip perbandingan kartu kredit dan KTA. "Salah satu faktornya Ramadan dimana orang memerlukan dana cepat," duga Ichsan. Sementara pengunjung yang paling aktif bertanya dari Balikpapan, Kalimantan Timur.

Tanpa menyebutkan target bisnis, Halomoney meyakini prospek bisnis ini masih cukup cerah. Paling tidak perusahaan ini berpegang pada temuan statistik McKinsey&Co yang menyatakan konsumen Indonesia diprediksi meningkat dari 45 juta orang di tahun 2010, menjadi 85 juta orang di tahun 2020. Belum lagi potensi pertumbuhan pengguna internet di Indonesia terus meningkat.

Namun, Halomoney mengaku tingkat kesadaran masyarakat terhadap keberadaan situs jasa pembanding ini belum besar. Oleh karena itu, bisnis ini masih harus bekerja keras memperkenalkan diri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×