kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bisnis telekomunikasi menanjak, prospek industri menara ikut terangkat


Minggu, 29 Agustus 2021 / 20:20 WIB
Bisnis telekomunikasi menanjak, prospek industri menara ikut terangkat
ILUSTRASI. Pandemi covid-19 pun tak membuat industri menara telekomunikasi menjadi sepi.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Layanan internet menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat di era digital. Kondisi ini turut mengangkat industri telekomunikasi, termasuk dari sisi penyediaan infrastruktur menara.

Pandemi covid-19 pun tak membuat industri menara telekomunikasi menjadi sepi. Sebaliknya, ekspansi baik secara organik maupun akuisisi tetap ramai.

Salah satu yang menyita perhatian adalah akuisisi sekitar 3.000 menara PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Transaksi dengan nilai sekitar Rp 3,97 triliun tersebut rampung pada 7 April 2021.

Baca Juga: Kementerian PUPR: Konstruksi tiga venue tambahan PON XX Papua selesai 100%

Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin menilai, bisnis menara telekomunikasi tetap akan cerah seiring layanan operator telekomunikasi yang semakin dibutuhkan masyarakat. Apalagi, pandemi mempercepat pergeseran pola komunikasi dari offline ke online.

Melihat pertumbuhan industri yang prospektif, Doni memprediksi perusahaan menara tetap akan rajin memperbesar aset baik dengan membangun menara sendiri (organik) maupun anorganik (akuisisi). Untuk perusahaan yang punya pendanaan kuat, akuisisi cenderung lebih dipilih karena pengembangan aset bisa secara cepat terealisasi.

"Akuisisi disukai karena biasanya menara yang dijual sudah clean and clear statusnya, serta sudah ada penyewa eksisting, sehingga sudah ada kepastian revenue," kata Doni saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (29/8).

Baca Juga: Sarana Menara Nusantata (TOWR) optimistis menatap potensi bisnis hingga akhir 2021

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda menambahkan, pandemi memukul semua sektor. Namun, industri teknologi dan telekomunikasi mampu melesat hingga tumbuh double digits. Industri menara menjadi segmen yang terpapar imbas positif seiring pertumbuhan teknologi dan ekonomi digital yang kian masif.

"Semakin pesatnya teknologi maka semakin tinggi pula permintaan industri tower baik tower baru atau pun jual beli tower lama. Selain itu, di Indonesia sendiri masih relatif kurang pembangunan towernya terutama di daerah 3T. Pembangunan tower di sana pasti masih akan dibutuhkan," kata Huda.

Terlebih, prospek bisnis menara juga akan terpoles dengan langkah fiberisasi sejalan dengan perkembangan teknologi 5G. Penggunaan fiber optik yang terus meningkat tidak akan menyurutkan permintaan menara. Sebaliknya, fiberisasi akan mendorong perusahaan untuk membangun menara-menara baru agar bisa menampung teknologi baru di dunia telekomunikasi.

"Fiberisasi jaringan tetap membutuhkan tower. Dari sisi permintaan teknologi sangat besar, namun infrastruktur (telekomunikasi di Indonesia) masih kurang. Makanya tetap dibutuhkan ekspansi perusahaan tower ini. Jadi pengembangan fiber optic akan mendorong juga pembangunan tower," terang Huda.

Baca Juga: Belanja masyarakat kelas menengah atas pulih, ini saham rekomendasi analis

Ekspansi Emiten Menara

Sejumlah perusahaan menara dan telekomunikasi pun mengamini, ekspansi di sektor ini masih akan ramai. PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), misalnya, meski sudah menjual sekitar 3.000 menara kepada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), namun IBST masih akan gencar melancarkan ekspansi.

Corporate Secretary IBST Merciana Anggani menyampaikan, seiring dengan kemajuan teknologi dan kedatangan 5G, IBST optimistis bisnis menara dan infrastruktur telekomunikasi tetap prospektif. Untuk menyambut 5G, IBST pun telah mengambil ancang-ancang dari jauh hari.

Sejak tahun 2014, sebut Merciana, IBST telah melengkapi diri dan mengambil langkah strategis dengan membangun jaringan fiber optic yang merupakan kebutuhan pokok dari teknologi 5G, supaya bisa menghasilkan bandwidth yang besar.

"Selain itu, karena teknologi 5G membutuhkan menara yang lebih rapat untuk dapat menyediakan layanan data yang cepat, stabil, dan koneksi internet yang handal menjadi opportunity bagi perusahaan," kata Merciana kepada Kontan.co.id, Minggu (29/8).

Baca Juga: Dominasi merger dan akuisisi, penetrasi sektor telekomunikasi dan digital masih lebar

Untuk dapat terus bertumbuh di industri telekomunikasi yang kian kompetitif, dia menekankan bahwa IBST akan fokus pada tiga strategi utama. Yakni pada kepuasan stakeholders, organisasi yang handal, dan produk diversifikasi.

Merujuk pada pemberitaan sebelumnya, Paska transaksi akuisisi menara oleh TBIG, per April 2021 IBST memiliki jumlah menara sebanyak 2.638 unit. IBST pun akan agresif dalam menambah jaringan fiber optic.

Per tahun lalu, jaringan fiber optic IBST mencapai 10.914 km. Pada tahun ini, penambahan jaringan fiber optic ditargetkan mencapai sekitar 8.000 km, sehingga pada akhir tahun 2021 bisa mencapai 18.000 km.

Dihubungi terpisah, PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) juga masih optimistis bisa mengembangkan bisnisnya di tengah industri yang kian semarak. Direktur Utama GHON Rudolf P. Nainggolan mengatakan, pihaknya tetap menjalankan strategi pertumbuhan secara organik, sembari melihat potensi untuk melakukan akuisisi.

"Sampai semester I masih sesuai dengan rencana. Bertumbuh secara organtik, untuk non-organik kami masih mempelajari beberapa tower yang akan dijual," ungkap Rudolf.

Baca Juga: Merger dan akuisisi marak, sinyal kuat sektor telekomunikasi yang kian kompetitif

Dia menggambarkan pertumbuhan tersebut dari sisi penambahan tenant. per Juni 2021 GHON memiliki 1.311 tenant. Posisi tersebut tumbuh 15,2% dibandingkan jumlah tenant per paruh pertama 2020 yang sebanyak 1.138 tenant.

GHON menargetkan bisa menambah penyewa setidaknya 248 tenant sehingga bisa memiliki total 1.490 tenant pada akhir tahun nanti. Jumlah penyewa GHON ditargetkan naik 20% dari posisi tahun 2020, yang saat itu memiliki 1.242 tenant.

Di sisi lain, PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel pun tak mau ketinggalan. Mitrarel bakal terus memperkuat bisnis menara PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Group.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham TBIG dari Henan Putihrai

Pada Juli 2021 lalu, Vice President Corporate Communication Telkom Indonesia Pujo Pramono mengatakan, bisnis menara telekomunikasi merupakan salah satu portofolio bisnis yang Telkom yakini masih berpotensi untuk tumbuh seiring dengan hadirnya teknologi 5G di Indonesia.

Telkom melihat bisnis menara telekomunikasi sangat menarik. Hal itu sejalan dengan kebutuhan MNO (Mobile Network Operator) untuk memperluas coverage maupun kapasitas dengan tren kenaikan konsumsi data maupun lifestyle digital, termasuk menyambut era 5G.

Dalam laporan tahunan Telkom, pada tahun 2020 Mitratel memiliki sebanyak 18.473 tower. "Telkom mendukung penuh upaya Mitratel sebagai anak perusahaan yang fokus pada portfolio tower business untuk mengembangkan bisnisnya dan memberikan value yang terbaik bagi para stakeholders," kata Pujo kepada Kontan.co.id, Senin (12/7) lalu.

Baca Juga: Strategi akuisisi masih menjadi alternatif Gihon Telekomunikasi (GHON)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×