kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bos Azana Hotel proyeksi bisnis hotel di 2021 bangkit, ini alasannya


Sabtu, 23 Januari 2021 / 18:31 WIB
Bos Azana Hotel proyeksi bisnis hotel di 2021 bangkit, ini alasannya
CEO Azana, Dicky Sumarsono, pemilik usaha hotel waralaba seperti Frontone Hotel. Foto dok.pribadi


Reporter: Fahriyadi | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program vaksinasi yang telah dimulai sejak 13 Januari 2021 lalu menjadi angin segar untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap dunia usaha.

Semua kalangan industri berupaya memanfaatkan momentum vaksinasi ini untuk bergerak maju ke depan. Optimisme ini juga muncul dari pelaku industri perhotelan yang terkapar akibat pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2020 lalu.

Dicky Sumarsono, Founder & CEO Azana Hotels & Resorts menyatakan bahwa momentum saat ini akan hilang jika tidak dimanfaatkan secara maksimal. Dia optimis bisnis hotel mulai rebound di tahun ini walaupun secara bertahap dengan alasan yang sederhana,

“Antara lain dimulainya vaksinasi, melihat data pertumbuhan ekonomi sesuai dengan APBN 2021 sebesar 4,4%, ditambah dengan adanya modal besar Indonesia berupa populasi penduduk yang mencapai 270 juta jiwa, dan banyaknya acara leisure, holiday maupun meeting yang tertunda di tahun lalu, serta mobilitas yang tinggi dimana semua itu menjadi indikator opstimisme bisnis hotel di tahun 2021,” ujar Dicky dalam keterangannya, Sabtu (23/1).

Menurut Dicky, ada empat fase pertumbuhan bisnis hotel di Indonesia pada tahun 2021, yaitu dimulai pada  fase pertama yang terjadi di bulan Januari – Februari, bisnis hotel memasuki masa storming, yakni akibat libur akhir tahun yang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 menjadi sangat tinggi sekali, ditambah dengan kebijakan baru dari pemerintah (PSBB) yang sangat membatasi ruang gerak masyarakat dalam berkegiatan di hotel, dan secara siklus tahunan pun di bulan  Januari - Februari merupakan bulan yang berada di periode low season.

“Atas dasar tersebut okupansi hotel yang ada di Indonesia menjadi sangat rendah yang menyebabkan banyak GM dan pemilik hotel harus melakukan cost leadership secara besar-besaran yang sama sekali tidak diduga sebelumnya karena mereka beranggapan bahwa tahun ini dengan adanya vaksinasi, bisnis hotel akan langsung pulih, padahal semuanya tetap ada prosesnya,” ungkap dia.

Fase kedua akan terjadi di bulan Maret – April, yaitu fase surfing alias fase menuju perbaikan. Adanya vaksinasi nasional yang mulai masif dilakukan di berbagai daerah akan mendorong kegiatan bisnis serta mobilitas masyarakat Indonesia yang mulai meningkat dan acara meeting pun mulai banyak diselenggarakan di hotel, okupansi hotel akan terlihat mengalami perbaikan yang signifikan, apalagi jika kebijakan dari pemerintah tentang keterbatasan ruang gerak dan berkegiatan (PSBB) mulai dicabut.

Kemudian, masuk ke fase ketiga, yaitu Mei - Juli merupakan masa envolving, yaitu fase pengembangan, pada fase ini binsis hotel akan terlihat mulai membaik karena sudah semakin banyak masyarakat Indonesia yang divaksinasi dan kalau dilihat dari periodenya adalah periode yang musimnya orang berkegiatan, termasuk pernikahan, seminar, meeting dan lain-lain, termasuk belanja pemerintah dan perusahan juga mulai digelontorkan secara maksimal.

“Pada periode ini akan banyak acara yang di selenggarakan di hotel, keyakinan masyarakat terhadap efektifnya vaksinasi di Indonesia akan lebih meningkat lagi sehingga cashflow hotel pada periode tersebut sudah mulai terlihat bagus,” jelas dia.

Fase keempat adalah fase returning, yaitu di bulan Agustus - Desember, hampir semua hotel yang berhasil memanfaatkan momentum di tahun lalu dan di awal tahun 2021 akan mengalami perbaikan pendapatan secara signifikan, kelancaran operasional, dan sudah banyak yang beradaptasi dengan teknologi digital, bahkan hotel-hotel di fase ini sudah mulai dengan tim dan struktur organisasi yang baru yang lebih ramping, serta mampu menghasilkan cashflow lebih optimal, pada fase ini bisnis hotel bisa dibilang mulai rebound.

Dicky bilang sejak tahun 2020 hingga sekarang, pengusaha hotel tidak bisa hanya fokus mengelola krisisnya saja tanpa menyiapkan strategi dan peluang pulihnya bisnis hotel di tahun ini agar ketika ekonomi membaik, pebisnis hotel ini tidak ketinggalan.

Menurutnya, pebisnis hotel sudah harus tahu bahwa perilaku konsumen dan kebutuhan konsumen sudah berubah, sehingga bisnis model dan kompetisi pun berubah. Dengan adanya pandemi ini membuat semua perusahaan memiliki waktu yang sama, semuanya sama-sama memliki banyak waktu untuk melakukan reboot & restart.

Dicky bilang pebisnis hotel jangan melihat krisis ini hanya secara biasa-biasa saja, tetapi lihat secara ekstrim, pastikan agar organisasi perusahaan bisa adaptif, cepat bergerak, dan siap berkompetisi. “Hanya mereka yang produktif dan inovatif, yang memiliki spirit entrepreneurship yang akan melihat kondisi ini hanya dari sisi peluang. Sekarang bukan yang besar mengalahkan yang kecil namun yang cepat akan mengalahkan yang lambat,” jelas dia.

Perbaikan bisnis Azana Hotels

Dicky membeberkan, dari 52 hotel yang dikelola Zana Hotels & Resorts di seluruh Indonesia, sudah ada 45 hotel yang okupansinya berada di atas 60%, serta tujuh hotel sisanya terus bergerak naik, sedangkan laba kotor hotel rata-rata sudah berada di atas 40%.

Menurutnya, semua orang dalam perusahaan group Azana adalah tim yang memiliki jiwa entrepreneurship, tepat dalam melakukan okestrasi, berani melihat dan mengambil opprtunity dengan tetap memperhitungkan risiko.

“Sekarang ini ekonomi sudah mulai menggeliat, jadi disaat banyak hotel masih ambruk dan mencoba bertahan, tim Azana hotels lebih optimis dan jeli melihat arah perubahan, yang harus segera kita tunggangi. Kita harus tetap fokus mencari peluang terbaik,” jelas dia.

Selain itu, penggunaan standar baru dalam menyikapi perubahan global dan strategi ampuh untuk memenangkan kembali bisnis hotel juga harus dilakukan. Dicky bilang strategi yang digunakan antara satu kota dengan kota lainnya berbeda-beda, sehingga harus bisa melihat local insight-nya, karakternya, dan juga permintaannya, setelah itu baru bisa melakukan penyesuaian di setiap daerah yang ada di Indonesia juga berbeda-beda.

Hal lain yang juga ditekankan Dicky adalah soal Intuisi bisnis dan insight baru yang dimiliki oleh para pemimpin hotel juga sangat penting untuk kondisi saat ini, namun tetap harus rasional, visi bisa berubah setiap bulan bahkan setiap minggu untuk kelangsungan bisnis ke depan, yang juga diperlukan dalam membuat perencanaan, bukan berupa perencanaan jangka panjang, namun untuk jangka pendek, jadi menavigasinya memang berbeda-beda. Misalnya, ambil kesempatan secara cepat dan berani berspekulasi untuk jangka pendek.

Rancang strategi baru

Beberapa strategi ampuh yang dimaksud oleh Dicky dalam mengoptimalkan pencapaian pendapatan di 52 hotel Azana di seluruh Indonesia antara lain dengan menambah kecepatan mesin pertumbuhan pendapatan, seperti Pertama, menambah investasi dan waktu yang lebih banyak di aktivitas daring (SEO activities, social media dan Google Ads) karna pandemi kali ini telah menjadi katalisator dan akselerator proses digital.

Kedua, mengalokasikan budget iklan dari yang marginal ke high impact opportunity, bisa di sektor yang sama dengan kategori yang sama, target yang sama dan segmen yang sama namun menggunakan multiple produk.

Ketiga, organisasi harus lebih fokus, ada penguatan tambahan di masing-masing bidang dan di masing-masing segmen, dengan melakukan narrow targeting yang tepat.

Keempat, melakukan OMNI Channel, yaitu dengan mengkombinasikan antara aktivitas daring dan luring, serta pemasaran dan branding secara bersamaan dan total.

Kelima, lebih banyak melakukan customer retention dibandingkan akuisisi,. dia mengaku harus jaga dan rawat pelanggan dengan baik terlebih dahulu melakukan pemetaan.

Keenam, berkolaborasi, saat ini tentu Azana tidak bisa selesaikan semuanya sendiri, bukan saatnya saling menyerang atau berkompetisi yang tidak sehat, harus ada kerjasama untuk menyelesaikan masalah dan menghadirkan solusi bagi konsumen untuk menciptakan nilai tambah baru.

Ketujuh, fokus pada sektor yang tumbuh saja agar waktu yang digunakan bisa lebih efektif. Kedelapan, mengoptimalkan pengayaan terhadap suatu produk dan layanan yang akan diberikan kepada konsumen agar tercipta nilai proporsional dari pengalaman konsumen tersebut.

Kesembilan, menciptakan model bisnis baru yang lebih atraktif dan bisa membuka peluang baru.

Kesepuluh, engage atau keterikatan, yaitu membuat produk yang dicintai dan punya keterikatan dengan konsumen.

“Kami melihat sepertinya perubahan yang terjadi pada lanskap bisnis hotel akan bersifat permanen namun terus mengalami perbaikan dan berkembang, semua tidak akan sama lagi seperti dulu atau kembali ke tahun 2019 bahkan tahun sebelumnya,” kata dia.

Dia bilang pada sektor pariwisata dan perhotelan tahun 2021 ini harus menjadikan Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability (CHSE) sebagai kekuatan branding terpenting untuk membangun kepercayaan dan keyakinan konsumen agar mereka tetap merasa aman berlibur, meeting maupun menginap di hotel, sehingga akan tercipta loyalitas.

Azana Group yakin bahwa dalam situasi ekonomi naik ataupun turun tetap masih banyak kesempatan dan peluang, sebenarnya uang itu tidak hilang tapi hanya berpindah dari satu titik ke titik yang lain. Bahkan tahun 2021 ini Azana akan menambah 18 hotel baru lagi yang terdiri dari 3 Azana Style Hotels, 3 Front One Bed & Breakfasts, 6 Front One Hotels, 2 Front One Cabins, dan 4 Votel Hotels.

Sekarang saatnya melakukan strategi paling ambisius dalam sejarah bisnis perhotelan dengan mengorganisasi semua informasi yang penting, relevan, dan mengorkestarsi tim dengan semangat yang paling tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×