Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), R Priyono meminta kepada PT Pertamina (Persero) untuk mengkaji kembali rencana BUMN migas itu mengakuisisi blok Angola di Afrika.
Menurut Priyono, duit untuk investasi blok Angola yang kabarnya sebesar US$ 3,5 miliar atau setara dengan Rp 29,86 triliun itu lebih baik dipergunakan untuk melakukan kegiatan eksplorasi di dalam negeri. Sebab, masih banyak potensi lapangan Pertamina di dalam negeri yang masih bisa digenjot untuk menaikkan produksi minyak.
"Potensi di dalam negeri masih sangat menjanjikan. Saya jadi tidak paham tentang strategi investasi kegiatan EP Pertamina, terutama peningkatan produksi nasional," kata Priyono.
Seperti diketahui, PT Pertamina berniat untuk mengakuisisi saham ExxonMobil di blok Angola. Saat ini proses lelang masih berlangsung. Selain Pertamina, masih ada perusahaan asal China yakni China Petrochemical Corp (Sinopec Group) dan perusahaan asal India Oil and Natural Gas Corp(ONGC). Pertamina dikabarkan menjadi penawar tertinggi untuk blok Angola.
Blok Angola 31, yang terletak di Nigeria adalah penghasil minyak tertinggi di Benua Afrika. Bulan lalu, produksi minyak mentah di blok itu mencapai 1,6 juta barel per hari (bph).
Jika Pertamina berhasil memenangi lelang itu, akuisisi tersebut bakal memompa jumlah produksi nasional yang saat ini anjlok 916.000 bph. Saat ini, blok tersebut masih dalam tahap eksplorasi. Diharapkan pada awal tahun depan Blok Angola bisa memproduksi dengan kapasitas 150.000 bph.
Di blok tersebut, yang menjadi operator adalah BP PLC. BP PLC memiliki saham sebesar 26,7%. Pemilik saham lainnya di blok ini adalah Exxon's Esso (25%), Statoil ASA (13,3%), dan Marathon Oil Corp (10%).
Adapun France's Total SA menjual 5% sahamnya ke China Sonangol International Holding Ltd. Perusahaan milik negara Angola, Sociedade Nacional de Combustiveis de Angola, atau Sonangol, memiliki 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News