Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Pratama Guitarra
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek pipa gas transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) kembali menjadi sorotan. Mangkraknya proyek yang sudah dilelang dan dimenangkan oleh PT Rekayasa Industri (Rekind) sejak tahun 2006 ini menjadi topik pembahasan di Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) meminta keseriusan Rekind dalam mengerjakan proyek tersebut. Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa menegaskan, pihaknya akan segera memanggil Direktur Utama Rekind dan juga Direktur Utama PT Pupuk Indonsia (Persero) selaku induk usahanya, untuk meminta kejelasan masa depan proyek pipa gas Cisem.
"Kami segera mengundang, ini kami mohon kepada Dirut Pupuk Indonesia, Dirut Rekind bisa datang ke BPH Migas untuk melaksanakan high level meeting. Keputusannya apa? (kelanjutan proyek pipa gas Cisem). Ini kan hasil lelang," kata Fanshurullah dalam RDP yang digelar Selasa (29/9).
Baca Juga: Sejumlah proyek migas baru akan onstream di kuartal IV 2020
Menurut penjelasannya, pada bulan Januari 2020 lalu, Dirut Rekind saat itu sudah menyatakan kesanggupannya secara tertulis untuk membangun Pipa Gas Cisem sesuai dengan hasil lelang, baik secara belanja modal (capital expenditure/capex) maupun tarif pengangkutan gas bumi (toll fee) sesuai dengan hasil lelang pada 2006 lalu.
"Itu yang kami pegang dan kami laporkan kepada menteri ESDM, untuk segera dilaksanakan ground breaking, maka pada 7 Februari, satu bulan kemudian kami laksanakan ground breaking," sebut Ifan, sapaan akrab Fanshurullah.
Hingga saat ini, progres pengerjaan tersebut tidak sesuai harapan. "Kemudian sampai hari ini, 9 bulan belum ada yang signifikan," sambungnya
Baca Juga: BPH Migas cermati kendala proyek pipa gas Cirebon-Semarang dan trans Kalimantan
Ifan pun mengungkapkan, jika pihak Rekind beralasan mangkraknya proyek tersebut lantaran terkendala masalah keekonomian dan meminta ada perubahan, maka hal tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan hasil lelang.
Ifan pun meminta kepada Rekind untuk segera memberikan kepastian. Jika tidak ingin melanjutkan, maka BPH Migas memiliki sejumlah opsi untuk proyek pipa gas Cisem. Yaitu dengan melelang ulang, menujuk pemegang ke-2 pada proses lelang yang lalu, atau mengembalikan kepada Kementerian ESDM untuk kemudian diberikan penugasan.
Ifan menegaskan, proyek pipa gas Cisem ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Oleh sebab itu, proyek ini harus tetap berjalan sesuai target untuk bisa rampung pada Februari 2022
"Jadi ini opsi-opsi yang mungkin bisa dilaksanakan oleh BPH migas. Intinya karena ini PSN, kami berharap ini betul betul bisa dilaksanakan dengan baik. Karena targetnya pada Februari 2022, pipa Cisem sudah bisa terbangun," tegas Ifan.
Pada kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Dirjen Migas sekaligus Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, pipa gas Cisem sangat penting bagi infrastruktur gas nasional. Ego memaparkan, saat ini ada 3 proyek transmisi gas yang menjadi PSN. Yakni proyek pipa gas ruas Semengkei-Medan, proyek pipa gas Cisem, dan ruas transmisi WNTS-Pemping.
Baca Juga: Siapkan pemboran 44 sumur, Pertamina percepat transisi data eksplorasi Blok Rokan
"Ini merupakan backbone (penyaluran) gas di Indonesia. Kalau ini betul-betul terlaksana, Insha Allah, kelebihan gas yang ada di Sumatera bisa mengalir ke Jawa dan sebaliknya," ungkap Ego.
Sementara itu, Direktur Utama Pupuk Indonesia Achmad Bakir Pasaman menjelaskan bahwa menurut laporan dari Rekind selaku anak usahanya, proyek pipa gas Cisem tidak menguntungkan secara keekonomian. Hal itu berdasarkan analisa keekonomian dengan menghitung perbedaan dari tahun 2006 saat lelang dan tahun 2020 ini.
"Karena keekonomian berubah, kemudian cost untuk pembangunan berubah," ungkapnya.
Achmad pun mengaku siap untuk kembali duduk bersama dengan BPH Migas dan stakeholders terkait untuk mendiskusikan kembali kelanjutan proyek pipa gas Cisem ini. "Kami akan menerima keputusan apa pun. Saya sudah bilang kepada pihak Rekind, bahwa tidak boleh menghambat proyek Cisem itu. apa pun keputusan yang diambil pemerintah, mungkin yang terbaik untuk proyek Cisem," katanya.
Dia bilang, selama ini Rekind sudah melaksanakan sejumlah studi, melalukan Amdal, juga Front End Engineering Design (FEED). Achmad menyampaikan, Rekind mengharapkan adanya sejumlah penyesuaian agar proyek tersebut bisa masuk secara keekonomian, seperti perubahan toll fee dan juga volume gas yang bisa dialirkan.
"Yang dipresentasikan Rekind kepada kami selaku pemegang saham, menunjukkan bahwa proyek tersebut harus ada adjust, seperti tool fee nya. Dengan volume gas mungkin kalau dulu harus 500, sekarang nggak sampai. Kalau bisa di adjust, alhamdulillah kita bisa jalan," pungkas Achmad.
Sebagai informasi, proyek pipa gas transmisi Cirebon-Semarang ini dimenangkan oleh PT Rekayasa Industri sejak tahun 2006 lalu. Berdasarkan keputusan tersebut, tarif pengangkutan atau toll-fee gas ditetapkan sebesar US$ 0,36 per MMBTU.
Proyek sepanjang 255 kilometer membutuhkan investasi sekitar US$ 169,41 juta. Jangka waktu pembangunan direncanakan selama 24 bulan dan ditargetkan selesai pada 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News