kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Budi Starch tambah pabrik produk pemanis


Senin, 29 September 2014 / 10:28 WIB
Budi Starch tambah pabrik produk pemanis
ILUSTRASI. Pengecil ukuran foto di Windows.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Budi Starch and Sweetener Tbk (BUDI) berniat menambah kapasitas produksi produk pemanisnya hingga 144.000 ton per tahun. Penambahan akan terjadi setelah pabrik baru Budi rampung akhir tahun ini.

Sudarmo Tasmin, Deputi Presiden Direktur Budi menuturkan, pembangunan pabrik akan tuntas akhir tahun ini. "Pembangunan pabrik sesuai rencana," kata Sudarmo.

Produsen produk sweetener dan tapioka itu punya empat pabrik pemanis. Masing-masing berlokasi di Lampung, Subang (Jawa Barat), Solo (Jawa Tengah) dan Kriyan (Jawa Timur). Dari keempat pabriknya, perseroan memproduksi pemanis sebanyak 150.000 ton per tahun.

Jika pabrik baru di Lampung selesai, kapasitas produksi pemanis Budi naik menjadi 296.000 ton per tahun. Tak hanya menambah pabrik di Lampung, Budi juga menambah pabrik di Kriyan. 
Pabrik pemanis di Kriyan masih dalam tahap pembangunan dan baru beroperasi tahun depan. Jika pabrik ini beroperasi, kapasitas produksi kembali naik, menjadi 330.000 ton per tahun.

Untuk ekspansi tersebut, perseroan ini menganggarkan investasi senilai Rp 160 miliar. Kebutuhan dana diambil dari anggaran belanja modal tahun ini senilai Rp 350 miliar.

Selain untuk membangun pabrik baru, belanja modal tahun ini digunakan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap senilai Rp 100 miliar dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas senilai Rp 20 miliar. Capital expenditure yang tersisa digunakan untuk menutup biaya rutin.

Perusahaan juga memiliki empat pabrik tapioka, yang masing-masing berlokasi di Lampung, Solo, Madiun dan Makassar. Total kapasitas produksi dari keempat pabrik tapioka itu mencapai 750.000 ton per tahun. Setengah dari produksi tapioka digunakan untuk bahan baku pemanis. Hasil produksi yang tersisa baru dijual.

Di semester pertama tahun ini, perusahaan ini mencetak pendapatan Rp 1,25 triliun, atau tumbuh 16,82% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1,07 triliun. "Kenaikan pendapatan didukung oleh kenaikan penjualan dan harga,” kata Sudarmo.

Sepanjang semester I-2014, BUDI menaikkan harga tapioka sebesar 9,2% dan harga produk pemanis 8,5%. Adapun volume penjualan keduanya rata-rata naik 7%. Karena penjualan naik, Sudarmo optimistis Budi mampu mencetak penjualan senilai Rp 3 triliun di tahun ini.

Kenaikan pendapatan berujung pada kenaikan laba perseroan selama semester I-2014 menjadi Rp 21,49 miliar. Angka ini naik 217% jika dibandingkan laba di periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 6,78 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×