kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Budidaya ikan terganjal pembiayaan


Senin, 25 Oktober 2010 / 14:00 WIB
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Industri pembudidayaan ikan masih terkendala soal pendanaan dari perbankan. Akibatnya, pembudidaya lebih banyak mendapatkan pendanaan dari industri pakan dengan perhitungan bunga yang lebih tinggi.

"Akhirnya harga pakan yang dibeli akan lebih tinggi," terang Thomas Darmawan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) di Jakarta, Senin (25/10).

Kendala ini ditemui oleh pembudidaya ikan nila dan ikan patin. Mereka membutuhkan pembiayaan selama 7 bulan sampai panen bisa diperoleh. "Selama tujuh bulan, pembudidaya itu membutuhkan biaya untuk pakan sampai waktu panen tiba," terangnya.

Karena belum banyak perbankan yang menyentuh pembudidaya, maka industri pakan ikan mencaoba memanfaatkan pembudidaya dengan cara menjual pakan secara ijon. Nah, karena ikan dijual secara ijon tentunya harga pakan dijual lebih tinggi dari harga normal. "Sehingga harga ikannya juga akan menjadi lebih mahal," katanya.

Perbankan dalam negeri saat ini memang sangat minim memberikan bantuan pendanaan kepada pembudidaya perikanan. Sehingga, sektor perikanan lebih dilirik oleh perbankan asing. "Contohnya adalah Bank HSBC yang sudah bekerjasama dengan SCI (Shrimb Club Indonesia). Nah, bank dalam negeri kapan nih?," ujar Thomas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×