kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukan Antam ataupun INCO, ini penguasa terbesar pangsa pasar nikel nasional


Rabu, 14 Oktober 2020 / 06:15 WIB
Bukan Antam ataupun INCO, ini penguasa terbesar pangsa pasar nikel nasional


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menggeser posisi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dalam penguasaan produk nikel di Indonesia dalam empat tahun terakhir. Berdasarkan data Kementerian ESDM, IMIP sudah menguasai 50% dari produksi hilir nikel di Indonesia pada 2018.

Porsi Vale susut jadi 22% dan Antam hanya 5% saja. Padahal, Vale masih menguasai produksi nikel dengan porsi 77% pada tahun 2014. Ketika itu, Antam memiliki pangsa pasar 19% dan perusahaan lainnya sebesar 3%.

Perusahaan nikel BUMN itu juga sudah tersalip oleh Virtue Dragon yang memegang porsi produksi nikel sebesar 11%, Harita Group 6% dan perusahaan lainnya sebesar 6%.

"Apa yang terjadi pada 2023, pasti komposisinya akan berubah drastis lagi. Luar biasa perkembangannya," ungkap Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif dalam webinar tentang pemanfaatan nikel yang digelar Selasa (13/10).

Baca Juga: Berprospek menarik, begini rekomendasi analis untuk saham-saham tambang nikel

Dia menambahkan, industri hilir nikel semakin kompetitif dan masih menjanjikan, baik untuk pengembangan industri berbasis stainless steel maupun untuk industri baterai. Sayangnya, hingga sekarang seluruh produk yang dihasilkan smelter di Indonesia masih dalam intermediate product atau produk setengah jadi.

Secara keseluruhan, lebih dari 90% produk smelter Indonesia masih berupa produk berbasis nikel pig iron (NPI). "Perkembangan produksi smelter cukup signifikan, tetapi 99%, atau semuanya 100% masih intermediate produk. 90% lebih adalah produk NPI," ujar Irwandy.

Berdasarkan jenis kemurniannya, nikel yang produksi di Indonesia juga masih didominasi oleh nikel kelas dua yang menghasilkan NPI atau feronikel. Sedangkan porsi nikel kelas satu untuk menghasilkan nikel matte dan mixed hydroxide precipitate (MHP) masih mini.

Baca Juga: SKK Migas: Hingga September, investasi hulu migas capai 63,33% dari target

Saat ini, kebutuhan nikel global  juga masih didominasi untuk industri stainless steel sebesar 71%. Sedangkan untuk kebutuhan industri lainnya seperti baterai masih mini, yakni 3%.

Namun, pembangunan smelter di Indonesia sudah mulai beragam. Irwandy mengungkapkan, paling tidak sudah ada enam perusahaan yang berencana membangun smelter nikel dengan high pressure acid leaching (HPAL). Dari keenam smelter HPAL itu, lima diantaranya ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2021 mendatang.

Keenam perusahaan yang membangun smelter HPAL itu adalah PT Halmahera Persada Lygend, PT Adhikara Cipta Mulia, PT Smelter Nikel Indonesia, PT Huayue, PT QMB dan PT Vale Indonesia.

Belum lagi, rencana holding pertambangan MIND ID untuk membangun smelter HPAL yang terintegrasi dengan industri baterai untuk kendaraan listrik (EV) dan penyimpanan energi listrik (storage). MIND ID melalui Antam, bersama PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) rencananya akan membangun dua pabrik baterai integrasi.

Baca Juga: Jadi produsen terbesar dunia di 2019, ini neraca cadangan nikel Indonesia saat ini

Dengan adanya rencana pengembangan di industri hilir tersebut, Irwandy yakin investasi nikel di Indonesia akan semakin menarik. Apalagi dari sisi hulu, dia menyebut bahwa wilayah greenfield yang bisa dieksplorasi masih sangat luas. "Potensi cadangan yang besar dan peluang industri hilir. Indonesia menjadi menarik untuk pengembangan investasi nikel," imbuh Irwandy.

Adapun, merujuk pada data dari Badan Geologi Kementerian ESDM, hingga Juli 2020, total neraca sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 11,88 miliar ton. Sedangkan total sumber daya logam nikel sebesar 174 juta ton.

Lalu, neraca cadangan bijih nikel hingga Juli 2020 tercatat sebesar 4,34 miliar ton. Sementara total cadangan logam nikel sebesar 68 juta ton. Data tersebut dikumpulkan dari 328 lokasi di Indonesia. Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara menjadi tiga provinsi dengan sumber daya dan cadangan nikel terbesar.

Baca Juga: Gandeng perusahaan China dan Korea, konsorsium MIND ID akan bangun dua pabrik baterai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×