kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bukan Antam ataupun INCO, ini penguasa terbesar pangsa pasar nikel nasional


Rabu, 14 Oktober 2020 / 06:15 WIB
Bukan Antam ataupun INCO, ini penguasa terbesar pangsa pasar nikel nasional
ILUSTRASI. Lebih dari 90% produk smelter Indonesia masih berupa produk berbasis nikel pig iron (NPI).


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Saat ini, kebutuhan nikel global  juga masih didominasi untuk industri stainless steel sebesar 71%. Sedangkan untuk kebutuhan industri lainnya seperti baterai masih mini, yakni 3%.

Namun, pembangunan smelter di Indonesia sudah mulai beragam. Irwandy mengungkapkan, paling tidak sudah ada enam perusahaan yang berencana membangun smelter nikel dengan high pressure acid leaching (HPAL). Dari keenam smelter HPAL itu, lima diantaranya ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2021 mendatang.

Keenam perusahaan yang membangun smelter HPAL itu adalah PT Halmahera Persada Lygend, PT Adhikara Cipta Mulia, PT Smelter Nikel Indonesia, PT Huayue, PT QMB dan PT Vale Indonesia.

Belum lagi, rencana holding pertambangan MIND ID untuk membangun smelter HPAL yang terintegrasi dengan industri baterai untuk kendaraan listrik (EV) dan penyimpanan energi listrik (storage). MIND ID melalui Antam, bersama PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) rencananya akan membangun dua pabrik baterai integrasi.

Baca Juga: Jadi produsen terbesar dunia di 2019, ini neraca cadangan nikel Indonesia saat ini

Dengan adanya rencana pengembangan di industri hilir tersebut, Irwandy yakin investasi nikel di Indonesia akan semakin menarik. Apalagi dari sisi hulu, dia menyebut bahwa wilayah greenfield yang bisa dieksplorasi masih sangat luas. "Potensi cadangan yang besar dan peluang industri hilir. Indonesia menjadi menarik untuk pengembangan investasi nikel," imbuh Irwandy.

Adapun, merujuk pada data dari Badan Geologi Kementerian ESDM, hingga Juli 2020, total neraca sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 11,88 miliar ton. Sedangkan total sumber daya logam nikel sebesar 174 juta ton.

Lalu, neraca cadangan bijih nikel hingga Juli 2020 tercatat sebesar 4,34 miliar ton. Sementara total cadangan logam nikel sebesar 68 juta ton. Data tersebut dikumpulkan dari 328 lokasi di Indonesia. Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara menjadi tiga provinsi dengan sumber daya dan cadangan nikel terbesar.

Baca Juga: Gandeng perusahaan China dan Korea, konsorsium MIND ID akan bangun dua pabrik baterai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×