Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danantara menegaskan bahwa rencana pemberian public service obligation (PSO) untuk kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh kemungkinan besar akan difokuskan untuk membiayai infrastruktur proyek tersebut. Bukan untuk biaya operasional sehari-hari yang saat ini dinilai sudah mampu ditopang oleh pendapatan tiket.
Managing Director Stakeholder Management and Communications Danantara, Rohan Hafas, mengatakan pemerintah memang telah menyatakan komitmen untuk hadir dalam penyelesaian pembiayaan proyek Whoosh. Namun, keputusan detail terkait porsi dan mekanisme dukungannya masih dibahas lintas kementerian dan lembaga.
“Bapak Presiden kan sudah bilang itu negara. Intinya itu, tapi detailnya yang mana belum dibicarakan. Negara kan ada Keuangan, ada Danantara. Jadi tunggu waktunya,” ujar Rohan di Wisma Danantara, Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Baca Juga: Whoosh Sudah Mandiri, Luhut: Bukti Proyek Besar Bisa Untung dan Efisien
Rohan menekankan bahwa PSO kemungkinan besar tidak diarahkan untuk mendanai operasional kereta, melainkan menyasar aspek infrastruktur yang memiliki biaya pembangunan sangat besar dan jangka balik modal yang panjang, bahkan 30 tahun hingga 50 tahun.
“(PSO) kurang lebih infrastrukturnya, bukan pengoperasian kereta-keretanya. Kasarnya tanpa bicara rel, jembatan, membelah gunungnya, Whoosh-nya positif,” kata Rohan.
Ia menyebutkan bahwa tingkat okupansi penumpang Whoosh berada dalam tren positif dan saat ini penjualan tiket sudah mampu menutup seluruh biaya operasional harian.
“Operasional sudah tertutup sama penjualan tiket. Jadi yang jadi masalah ini kan utang terhadap infrastrukturnya,” tegas Rohan.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Pembahasan Khusus Utang Kereta Cepat Whoosh
Rohan menyampaikan bahwa pembahasan mengenai skema penyelesaian utang infrastruktur Whoosh masih berlangsung. Belum ada kepastian apakah pembayaran akan ditanggung melalui APBN, Danantara, atau skema bersama.
“Turunan seperti apa, detailnya bagaimana jangka waktunya, bagaimana bayarnya, siapa yang bayar, Danantara kah, APBN kah—itu belum,” jelasnya.
Sebelumnya, COO Danantara Dony Oskaria menegaskan bahwa pemerintah telah memutuskan pembagian peran yang lebih tegas antara Danantara dan negara dalam restrukturisasi utang KCIC. Danantara bertanggung jawab pada aspek operasional Whoosh, sementara pemerintah menanggung aspek infrastruktur.
“Yang porsinya Danantara akan dilakukan oleh Danantara terutama sekali berkaitan operasional Whoosh. Dan juga ada porsinya pemerintah yang berkaitan dengan infrastruktur,” ujar Dony di Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Dony menambahkan, prioritas Danantara saat ini adalah memastikan Whoosh beroperasi secara optimal dan terus meningkatkan kualitas layanan kepada publik.
“Kami bertanggung jawab secara operasional kepada Whoosh, bagaimana Whoosh lebih optimal lagi memberikan layanan yang lebih baik, dan tentu saja mudah-mudahan ke depannya membawa penumpang lebih banyak lagi,” katanya.
Selanjutnya: Cara Mengaktifkan Kembali BPJS Kesehatan yang Nonaktif
Menarik Dibaca: Mapple Finance Menempati Puncak Kripto Top Gainers saat Pasar Ambles
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













