Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kendati musim panen padi telah berakhir September lalu, namun penyerapan beras yang dilakukan Perum Bulog masih tetap berjalan lancar. Memasuki bulan Oktober, Bulog bahkan mampu menyerap beras sekitar 10.000 ton per hari. Penyerapan ini tergolong tinggi mengingat Oktober merupakan periode petani mulai kembali menanam.
Sebagai perbandingan, pada Oktober 2015, Bulog hanya mampu menyerap beras sekitar 2.000 ton per hari atau sekitar 60.000 ton sebulan. Akibatnya, di akhir tahun Bulog memutuskan untuk mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam sebesar 1,5 juta ton.
Wahyu, Direktur Pengadaan Bulog mengatakan di tahun ini panen raya padi memang tidak berlangsung secara serentak. Panen kini masih terjadi di wilayah yang terpencar mengingat kemarau basah tahun ini memungkinkan petani di sejumlah daerah menanam hingga panen di bulan ini.
Wahyu pun optimistis Bulog mampu menampung beras produksi petani, dan menyerapnya untuk stok beras Bulog hingga akhir tahun. "Saat ini kami masih bisa beli beras dan gabah sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan jumlahnya cukup banyak," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (7/10).
Ia berharap tren penyerapan ini bisa berlangsung hingga akhir tahun. Jika itu terjadi, Bulog berpeluang menggenapkan penyerapan beras sepanjang tahun ini hingga 3,2 juta ton dan menyimpan cadangan beras 2 juta ton saat pergantian tahun nanti.
Saat ini Bulog membeli gabah dan beras petani sesuai dengan HPP. Ambil contoh, Gabah Kering Panen (GKP) dibeli Bulog seharga Rp 3.750 per kilogram (kg) dan Gabah Kering Giling (GKG) sebesar Rp 4.600 per kg. Sedangkan beras ditebus Bulog di harga Rp 7.300 per kg. Sementara itu, Bulog juga melakukan pembelian beras komersial yang harganya di atas HPP untuk dijual secara komersil juga.
Winarno Tohir, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan bahwa ambisi Bulog untuk menyerap 3,2 juta ton beras sepanjang tahun ini tidak ideal bagi ketahanan pangan nasional.
Menurutnya, kondisi ideal baru terjadi jika Bulog bisa menyerap 3,8 juta ton. Angka itu berdasarkan pada rata-rata kebutuhan beras miskin (raskin) per bulan yang mencapai 250.000 ton. Jadi, dalam setahun dibutuhkan 3 juta ton. Sedangkan 800.000 ton sisanya bisa digunakan Bulog untuk operasi pasar (OP) dan cadangan nasional kalau ada bencana.
"Kalau target penyerapannya hanya 3,2 juta ton, itu berarti hanya 200.000 ton yang disiapkan untuk OP dan cadangan beras pemerintah jelas tidak akan mencukupi," terang Winarno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News