Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberi sinyal akan menambah kepemilikan dalam bentuk penambahan persentase saham pada ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo mengungkap bahwa saat ini saham BUMN dalam ekosistem baterai EV masuk melalui Indonesia Battery Corporation (IBC).
"Di Midstream (penambahan) ya, tadi barusan kita bicara mengenai yang di prekursor sama katoda. Itu akan mulai (produksi) mungkin ke 2028 ya, yang prekursornya, terus lanjut ke katoda," ungkap pria yang akrab disapa Tiko tersebut saat ditemui di agenda International Battery Summit (IBS) di Jakarta, Selasa (05/08/2025).
Lebih detail, Tiko menjelaskan, saat ini langkah mengenai kelanjutan proyek ekosistem EV ada di tangan Danantara.
Baca Juga: Prabowo: Nilai Tambah Proyek Baterai Kendaraan Listrik bisa Capai US$ 48 Miliar
"Ini kan nanti mengenai proyek ada di Darantara ya. Jadi Danantara, IBC dengan MIND ID dan Antam kan sedang merancang lagi termasuk dengan partnernya," tambah Tiko.
Sebagai informasi, Indonesia saat ini memiliki dua ekosistem baterai EV terintegrasi yang sedang berjalan. Pertama proyek Dragon yang bekerjasama dengan Contemporary Amperex Technology Co Ltd. (CATL) dan kedua proyek Titan yang bekerjasama dengan antara Zhejiang Huayou Cobalt Co. (Huayou).
Khusus project Dragon, proyek kerjasama IBC dengan Ningbo Contemporary Brunp Legend Co Ltd (CBL) yang merupakan subsidiari dari CATL ditaksir memiliki investasi sebesar US$ 5,9 miliar.
Dalam kerjasama ini, di hulu melalui PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memiliki saham sebesar 40% untuk proyek smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan 30% untuk proyek smelter High Pressure Acid Leach (HPAL).
Kemudian, pada bagian downstream pertama, Indonesia melalui IBC memiliki saham sebesar 30% dalam produksi Nikel Sulfat, Prekursor Baterai dan Katoda Baterai.
Baca Juga: Prabowo Dorong Hilirisasi lewat Industri Baterai Kendaraan Listrik
Dari pernyataan Tiko, bagian pertama downstream inilah yang dibidik BUMN untuk dapat ditambah persentase kepemilikan saham ke depannya.
Kemudian, pada bagian downstream kedua, Indonesia melalui IBC memiliki saham sebesar 30% dalam produksi baterai cell dan modules.
Dan pada bagian daur ulang baterai, Indonesia melalui IBC memiliki saham sebesar 40% dalam proses daur ulang baterai EV berbasis nikel.
Sebelumnya, pada akhir Juni 2025 lalu, Presiden Prabowo Subianto telah meresmikan Grounbreaking Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium antara Antam, Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL) di Karawang pada Minggu (29/6/2025).
Baca Juga: Prabowo Resmikan Proyek Industri Baterai Kendaraan Listrik Senilai Rp 100 Triliun
Pembangunan ekosistem ini disebut juga proyek “Dragon” karena merupakan megaproyek baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi dari hulu ke hilir dengan nilai investasi US$ 5,9 miliar yang juga bagian dari Proyek Strategi Nasional (PSN).
Dalam sambutannya, Prabowo sempat mengungkapkan pembangunan ekosistem ini adalah bukti keseriusan pemerintah dalam melakukan hilirisasi dan kemauan Indonesia untuk terus membangun kerjasama dengan mitra strategis.
“Ini bukti keseriusan para pimpinan kita, dan kerjasama kita dengan mitra kita, dengan sahabat kita, kita bermitra dengan kawan-kawan kita, saudara-saudara kita dari Tiongkok,” kata Prabowo.
Baca Juga: Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Akan Berdiri Di Karawang, Cek UMK Karawang Juli 2025
Selanjutnya: Pertumbuhan Ekonomi Lebih Baik, IHSG Ditutup Naik 0,68% (5/8)
Menarik Dibaca: Patut Dicoba! Ini 12 Menu Makanan Diet Olahan Dada Ayam yang Enak dan Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News