Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) habiskan dana sebesar US$ 217,62 juta untuk impor gula. Keempat BUMN yang mendapatkan ijin adalah PTPN IX, PTPN X, PTPN XI dan RNI (Rajawali Nusantara Indonesia).
Deputi bidang Agro Industri, Penerbitan, Kertas dan Percetakan, Kementrian BUMN, Agus Pakpahan menyatakan rata-rata harga gula impor tersebut berkisar antara US$ CIF 776 per ton hingga US$ CIF 822 per ton. “Ijin impor untuk PTPN dan RNI sebesar 364.500. Namun, baru teralisasi sebesar Rp 275.000,” ujar Agus Pakpahan.
Agus merinci untuk realisasi tahap pertama, PTPN X mengimpor gula sebesar 94.500 ton dengan harga US$ CIF 776 per ton. Kemudian PTPN XI mengimpor gula sebesar 29.500 dengan harga US$ CIF 775 per ton. Dan PT RNI mengimpor gula sebanyak 60.000 ton dengan harga US$ CIF 769,95 per ton. Sehingga total tender lelang gula pada tahap I sebanyak 183.500 dengan nilai total impor sebanyak US$ 142,39 juta. “Untuk tahap I, realisasi PTPN IX masih nihil,” kata Agus.
Sedangkan untuk realiasi tahap kedua, Agus mengatakan totalnya mencapai 91.500 ton. Pada tahap kedua ini PTPN IX berhasil memperoleh tender impor gula sebesar 45.500 ton dengan harga US$ CIF 822,30 ton.
Kemudian untuk PTPN XI sebesar 46.000 dengan harga US$ CIF 822 per ton. Untuk PT RNI, pada tidak ada lelang tahap kedua. Nilai impor gula pada tahap kedua ini mencapai US$ 75,22 juta. “Sisa alokasi yang belum terpenuhi sebesar 89.500 ton,” kata Agus.
Meski sudah kontrak sebesar 275.000, Agus mengatakan tidak semuanya akan datang secara bersamaan. Gula impor akan datang secara bertahap. Ia menjamin, gula impor yang datang bertahap ini tidak akan menimbulkan gejala kekurangan gula. Ia menjamin, masyarakat tidak akan mengeluh soal kelangkaan gula. Berdasarkan catatan dari Kementrian BUMN, jumlah gula impor yang datang baru sebesar 26% dari keseluruhan kontrak atau sekitar 71.900 ton dari total kontrak sejumlah 275.000 ton.
“Harga gula pada level distributor sekitar RP 8.500 per kg sehingga harga mungkin cenderung turun apabila efisiensi sistribusi dari distributor hingga konsumen dapat ditingkatkan,” lanjut Agus.
Sementara itu, Menteri BUMN, Mustafa Abubakar mengatakan pemerintah akan mengimpor gula kristral putih sebesar 500.000 ton. Impor gula tersebut berasal dari China, Thailand, dan India. Mustafa menjelaskan, untuk memasok gula kristal putih itu pemerintah menyerahkan kepadaPT Perkebunan Nusantara (PTPN), Rajawali Nusantara Indonesia (persero), dan Perum Bulog. "Tiga pihak tersebut sudah ditetapkan sebagai importir terdaftara," katanya.
Ia menjelaskan, impor gula kristal putih tidak bisa dielakkan, karena sangat tergantung padasituasi iklim yang tidak bisa dipastikan. Kebutuhan gula konsumsi hingga April 2010 mencapai 1,2 juta ton, sementara stok dalam negeri hanya sekitar 610.000 ton, sehingga mengalami defisit sekitar 500.000 ton.
Untuk mengatasi masalah gula nasional, pemerintah dalam jangka menengah berencanameningkatkan kapasitas produksi gula industri dan konsumsi pada 2025 menjadi 3,3 juta tondari saat ini masih sekitar 2,1 juta ton. Sedangkan untuk gula konsumsi akan ditingkatkan menjadi 5,6 juta ton dari 2,7 juta ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News