Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan iklim menjadi ancaman yang kian nyata bagi bumi. Dalam rangka mencapai emisi nol karbon diperlukan penerapan energi baru terbarukan.
Demi menjalankan transisi menuju energi baru dan terbarukan butuh tenaga kerja yang profesional dan mumpuni. Menurut Fabby Tumiwa, Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), untuk mencapai energi terbarukan dan emisi nol karbon tidaklah mudah.
Sebab, Fabby bilang untuk memperluas penerapan energi hijau khususnya tenaga surya sebagai alternatif sumber energi listrik butuh keterampilan tenaga kerja.
"Bukan hanya itu, butuh passion juga untuk mendukung perubahan ini," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/8).
Chrisnawan Anditya, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menambahkan, berdasarkan grand strategi energi nasional tahun 2020 sampai 2035, Pemerintah mengharapkan tambahan pembangkit listrik energi baru terbarukan sebesar 38 giga watt.
Baca Juga: Dukung green economic zone, PT KHE bangun PLTA Kayan Cascade
Dengan prioritas pada pembangkit listrik tenaga surya, kecepatan konstruksi dan harga yang semakin kompetitif.
"Pemerintah membutuhkan dukungan bersama, baik pelaku usaha, asosiasi, akademisi dan generasi muda. Keterlibatan akademisi maupun generasi muda mampu melahirkan inovasi baik dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), pemanfaatan energi surya dan sosialisasi kepada masyarakat," sebut Chrisnawan.
SUN Energy, selaku pengembang proyek sistem tenaga surya di Indonesia pun menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk merealisasikan energi terbarukan di Indonesia. Dalam rangka perayaan HUT ke-5 Sun Energy, Garry Perdana selaku Direktur SUN Energy melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan SV UGM.
"Perwujudan kerja sama ini terdiri dari empat poin, yaitu implementasi pembangunan PLTS sebagai energi alternatif di bangunan kampus, pengembangan Tempat Uji Kompetensi dan Lembaga Sertifikasi Profesi di sektor energi tenaga surya, peningkatan pengetahuan melalui kuliah umum dengan dosen tamu dari SUN Energy satu bulan sekali, penyerapan tenaga sumber daya manusia menjadi karyawan magang, hingga pengabdian masyarakat di daerah KKN,” ungkap Garry.
Baca Juga: Regulasi ramah PLTS Atap bisa jadi hanya lips service untuk jaring investor
Dr.-Ing. Ir. Agus Maryono, selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM), mengharapkan kerja sama antara SV UGM dan SUN Energy sesuai Tridharma perguruan tinggi dapat dilaksanakan secepatnya di tahun ini.
Kegiatan belajar-mengajar yang menghadirkan dosen praktisi dari SUN Energy mampu mendukung pengembangan kurikulum baru mengenai energi baru dan terbarukan, pelaksanaan program pengabdian masyarakat di beberapa desa bisa terjadi, dan penelitian teknologi tenaga surya diharapkan bisa mencetak lulusan yang berkualitas dan siap kerja di industri masa depan.
Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, juga berharap melalui kerjasama yang diinisiasi oleh SUN Energy dan SV UGM, hal ini bisa dilakukan dengan 2.200 institusi lainnya, mulai dari Universitas, Institut, dan Politeknik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News