Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Jumlah kamar hotel bejibun dan pasar lesu adalah momok pebisnis hotel. Sadar persaingan bisnis hotel sangat ketat, PT Bukit Uluwatu Tbk berupaya memompa kinerja bisnis food and beverage (FnB) alias makanan dan minuman di hotel.
Menurut pengalaman Bukit Uluwatu, persaingan bisnis hotel bukan baru tahun ini saja terasa. Perusahaan berkode saham BUVA di Bursa Efek Indonesia itu mencatat, tingkat okupansi alias keterisian kamar tahun 2015 hanya 52%. Padahal setahun sebelumnya atau 2014, tingkat okupansi mereka 62%.
Tahun ini, tingkat okupansi Bukit Uluwatu belum bisa menyamai tahun 2014. Meskipun, capaiannya sudah lebih tinggi ketimbang tahun lalu yakni 56%. Manajemen perusahaan memperkirakan, tren pasar turis China yang menjadi pengerek tingkat okupansi tahun 2016.
Tak mau tingkat okupansi hotel kembali terjerembab seperti tahun lalu, Bukit Uluwatu berencana memacu lini bisnis banquet alias perjamuan di hotel. Sebut saja bisnis banquet di Alila Villas Uluwatu di Bali yang menyasar acara resepsi pernikahan.
Bukit Uluwatu akan menambah fasilitas resepsi. "Kami memaksimalkan kekuatan tersebut dengan membuat Wedding Cabana baru agar dapat meningkatkan cover banquet dan wedding serta menjaga tingkat kepuasan pelanggan," ujar Sekretaris Perusahaan PT Bukit Uluwatu Villa Tbk Benita Sofia, kepada KONTAN, Jumat (16/12).
Selain itu, Bukit Uluwatu akan memacu bisnis restoran di beberapa hotel. Alila Villas Uluwatu mempunyai dua restoran yakni Warung dan Cire.
Sementara di Alila Ubud, Bali ada restoran Plantation dan Cabana. Lantas, Alila Manggis yang juga berada di Bali, memiliki tiga restoran, yaitu Seasalt Restaurant, Rombong Bar dan Seaside Theater.
Belum cukup sampai di situ saja, tahun depan Bukit Uluwatu berencana membuka outlet makanan dan minuman serta entertainment venue baru di Alila Villas Uluwatu dan Alila SCBD, Jakarta. Merek-merek baru yang akan hadir seperti Hakkasan, Sake No Hana, Omnia Club dan Jean George.
Manajemen Bukit Uluwatu menyatakan, sektor bisnis makanan dan minuman terbukti mampu menyokong pendapatan. Sejauh ini, bisnis tersebut berkontribusi 25% terhadap total pendapatan tahun berjalan.
Anggaran Rp 600 miliar
Bukit Uluwatu menduga, perkembangan merek bisnis makanan dan minuman Alila menjadi penopang bisnis tersebut. "Ini akan semakin tinggi yang ditunjang dengan peningkatan jumlah cover baik dari inhouse guest dan external guest," beber Benita.
Mengintip laporan keuangan 30 September 2016, Bukit Uluwatu memiliki anak perusahaan bernama PT Bukit Lentera Sejahtera. Perusahaan yang berbasis di Jakarta itu, menjalankan bisnis perhotelan, penyedia makanan dan minuman serta jasa.
Meski sedang getol membesarkan bisnis makanan dan minuman, ekspansi hotel Bukit Uluwatu tetap berjalan. Perusahaan itu menyediakan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 600 miliar tahun depan. Duit tersebut untuk menyelesaikan proyek hotel yang sedang berlangsung.
Adapun 60% sumber capex berasal dari kas internal. Lantas, 40% sisanya berasal dari pinjaman perbankan.
Bukit Uluwatu menjadwalkan soft launching dua proyek baru tahun depan, yakni Alila SCBD, Jakarta dan The Cliff Alila Villas Uluwatu. Asal tahu, The Cliff Alila Villas Uluwatu merupakan proyek pengembangan dari Alila Villas Uluwatu. Lokasinya berada di pinggir tebing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News