Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri keramik Indonesia tengah menghadapi banjir impor dari India. Melihat kondisi ini, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) melakukan efisiensi produksi agar harga produknya bisa bersaing di pasar.
" Potensi ancaman keramik impor paling besar mengancam pasar industri terutama untuk keramik berukuran besar," kata Direktur PT Cahayaputa Asa Keramik Tbk. (CAKK) Juli Berliana Posman ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (11/8). Padahal, produk tersebut sudah diproduksi oleh industri keramik di Indonesia.
Berdasarkan data yang dihimpun Kontan.co.id, di semester II CAKK akan mengurangi pos-pos biaya tertentu supaya harga produknya bisa lebih bersaing lagi.
Jika menilik kinerja sepanjang semester I 2019, CAKK memang mencatatkan pendapatan yang meningkat 34,16% year on year (yoy) menjadi Rp 146,6 miliar dari sebelumnya Rp 109,27 miliar.
Sayangnya, kenaikan ini tidak dibarengi dengan laba bersihnya yang justru menurun hingga 43,71% menjadi Rp 5,42 miliar dari sebelumnya Rp 9,63 miliar.
Walaupun industri keramik tengah terhimpit produk impor, sejauh ini CAKK masih optimistis terhadap pasar keramik di Indonesia. Sebabnya, pembangunan di beberapa daerah sudah mulai berjalan.
" Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya permintaan untuk supply ke beberapa proyek, terutama dari swasta," tutup Juli.
Sekadar informasi, sebelumnya industri keramik Indonesia sempat menghadapi banjir impor dari China. Kini industri keramik Indonesia mewaspadai banjir impor dari India dan Vietnam.
Kedua negara tersebut tengah diupayakan agar tercatat dalam daftar negara-negara yang dikenai safeguard produk keramik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News