kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Capex Integra Indocabinet (WOOD) naik 100% di tahun 2022, ini rencana penggunaannya


Rabu, 24 November 2021 / 06:51 WIB
Capex Integra Indocabinet (WOOD) naik 100% di tahun 2022, ini rencana penggunaannya
ILUSTRASI. Aktivitas produksi mebel?PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD).


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) menyiapkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) lebih tebal untuk tahun 2022.

Sekretaris Perusahaan WOOD Wendy Chandra mengatakan, Integra Indocabinet mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 250 miliar untuk tahun depan, atau naik lebih dari 100% dari alokasi belanja modal tahun 2021 yang hanya Rp 120 miliar.

"Belanja modal tahun depan akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi kapasitas produksi dan maintenance capex," kata dia pada Kontan.co.id, Selasa (23/11).

Per September 2021, Integra Indocabinet sudah menyerap capex Rp 70 miliar. Dana tersebut digunakan untuk maintenance dan ekspansi kapasitas produksi berupa pembelian pabrik di Lumajang dengan area 2,3 hektare (ha).

Baca Juga: Industri furnitur masih prospektif, ini rekomendasi saham Integra Indocabinet (WOOD)

Asal tahu saja, pabrik tersebut akan mulai beroperasi di tahun 2022, dengan penambahan sekitar 20% kapasitas produksi produk building component.

Dengan beroperasinya pabrik anyar tersebut, Integra Indocabinet memperkirakan penjualan masih akan terus menunjukkan tren pertumbuhan. Selain itu, permintaan dari pembeli eksisting maupun pembeli baru terus bertambah.

Alhasil, Integra Indocabinet memasang target pertumbuhan penjualan sebesar 25% untuk tahun 2022 mendatang.

"Kami perkirakan kontribusi penjualan masih paling besar berasal dari pasar Amerika Serikat (AS) dikarenakan merupakan importir furniture dan building component terbesar di dunia, berkisar US$ 13- US$ 14 miliar per tahun. Kami juga akan terus meningkatkan order di negara-negara selain China," paparnya.

 

Perlu di ketahui sebelumnya China merupakan eksportir furnitur terbesar ke pasar AS. Namun dikarenakan tarif perang dagang, tarif anti dumping dan anti subsidi yang dikenakan Pemerintah AS kepada China, produk furnitur China menjadi tidak kompetitif, sehingga banyak buyer AS yang beralih ke negara lain.

Wendy menambahkan perusahaan disokong oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah sehingga dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif di banding negara pesaing lainnya.

"Kami melihat demand dari buyer-buyer terutama dari pasar AS masih akan terus menunjukkan tren penguatan di tahun depan," terangnya.

Selanjutnya: Gandeng Rexline, Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) mulai kerek kapasitas pabrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×