kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cargill Indonesia kerjasama dengan petani kakao


Kamis, 05 Desember 2013 / 07:20 WIB
Cargill Indonesia kerjasama dengan petani kakao
ILUSTRASI. Foto udara suasana Pertamina Mandalika International Street Circuit di KEK Mandalika, Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin (14/3/2022). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.


Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie

JAKARTA. Untuk menjaga pasokan kakao yang dibutuhkan, PT Cargill Indonesia ingin menjalin kerjasama kemitraan dengan petani kakao. Untuk itu, perusahaan eksportir biji cokelat yang mulai tahun depan terjun di industri pengolahan cokelat ini bakal mengucurkan dana sebesar US$ 7 juta untuk petani kakao di Sulawesi.


"Kami memiliki program The Cargill Cocoa Promise di setiap negara penghasil kakao," ujar Job Leuning, Business Development Cargill Cocoa & Chocolate Cargill, Rabu (4/12).


Dengan dana tersebut, petani kakao diharapkan bisa meningkatkan produktivitas tanaman. Cargill bekerja sama dengan Swisscontact (SECO) untuk memberikan pelatihan bagi petani kakao. Sejak Agustus 2012, sebanyak 1.300 petani kakao sudah mendapatkan pelatihan bagaimana caranya bertanam kakao yang baik.


Meski demikian, Leuning mengaku belum mengetahui berapa besar produktivitas mitra binaannya setelah menjalani pelatihan. "Yang jelas kami berharap produktivitas meningkat," kata dia.


Mengutip data Kementrian Pertanian, produktivitas kakao rakyat saat ini hanya 700 hingga 800 kilogram (kg) per hektare (ha). Padahal, produktivitas tanaman kakao bisa ditingkatkan menjadi 1,4 sampai 1,5 ton per ha.


Pasokan biji kakao dari petani untuk memenuhi kebutuhan pabrik pengolahan biji kakao milik Cargill di Gresik yang akan segera beroperasi pada 2014. Pabrik pengolahan kakao pertamanya di Indonesia ini ditargetkan bisa mengolah 70.000 metrik ton biji kakao setiap tahunnya. "Kami berharap langsung kapasitas penuh saat dioperasikan nanti," ujar Leuning.


Pabrik pengolahan cokelat tersebut akan menyediakan bahan setengah jadi berupa cokelat cair (cocoa liquor) dan bubuk (powder). Adapun nilai investasi untuk pembangunan pabrik pengolahan kakao tersebut mencapai US$ 120 juta.


Selama ini, PT Cargill Indonesia mengekspor sekitar 20.000 sampai 30.000 ton biji kakao. Ekspor biji kakao ini untuk menyuplai bahan baku pabrik pengolahan Cargill di negara lain. Dengan pembangunan pabrik di Gresik, nantinya Cargill tidak akan lagi mengekspor biji kakao. Bahkan menurut Leuning, jika pasokan bahan baku kakao kurang, Cargill akan melakukan impor.


Sekedar catatan. Mulai tahun 2010, pemerintah memberlakukan bea keluar biji kakao untuk mendorong industri di dalam negeri. Sejak itu, pabrik kakao terus tumbu, sementara ekspor turun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×