Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tengah menghitung rencana investasi jangka panjang. Perusahaan setrum pelat merah itu tengah membahas alternatif pendanaan untuk membiayai investasi tersebut.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, dengan rata-rata kebutuhan investasi mencapai Rp 100 triliun per tahun, maka kebutuhan investasi hingga tahun 2024 ditaksir sekitar Rp 400 triliun.
Zulkifli bilang, PLN tengah membahas alternatif pembiayaan investasi tersebut, sebagaimana yang diminta oleh Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian.
Baca Juga: Aturan tarif SPKLU kendaraan listrik ditargetkan terbit akhir bulan ini
"Kalau Rp 100 triliun per tahun, dikali empat saja (investasi hingga 2024). Kami cari alternatif pembiayaan investasi PLN ke depan," kata dia sesuai mengikuti rapat koordinasi di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (3/3).
Sayang, Zulkifli masih enggan merinci skema alternatif pembiayaan apa saja yang sudah dilirik perusahaan. Ia hanya bilang, sumber pendanaan investasi saat ini masih bertumpu pada penerbitan obligasi atau utang perbankan.
"Ya nanti lah, kami diminta dua pekan lagi untuk menyampaikan rencana pembiayaan investasi (ke Kemenko Perekonomian). Jadi baru bicara alternatif," lanjut Zulkifli.
Sementara untuk tahun ini, total investasi yang dianggarkan oleh PLN mencapai Rp 90 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) guna membangun infrastruktur kelistrikan PLN.
Baca Juga: PGN (PGAS) siap gasifikasi 52 pembangkit listrik milik PLN
Terutama untuk transmisi, distribusi dan juga tambahan pembangkit listrik. "Yang sudah disetujui pemegang saham bahwa capex sekitar Rp 90 triliun. Mayoritas untuk transmisi, distribusi dan juga ada tambahan pembangkit," terangnya.
Dalam catatan Kontan.co.id, pada akhir bulan lalu PLN berencana untuk menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III PLN Tahap VI senilai Rp 4,8 triliun dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan III PLN Tahap VI senilai Rp 115,5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News