Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
PEKANBARU. Perusahaan yang bergerak di bidang bubur kayu (pulp) dan kertas PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) menganggarkan dana sebesar US$ 8 juta untuk mencegah kebakaran hutan pada tahun 2015. Dana tersebut digunakan dalam menerapkan teknologi ekohidro untuk pencegahan kebakaran hutan di lahan gambut.
Hal itu dikatakan Sustainability Director PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Petrus Gunarso di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Pekanbaru saat meninjau pabrik kertas milik RAPP. Menurutnya, selain berusaha mencegah kebakaran lahan gambut, RAPP juga melakukan penyeimbangan aspek lingkungan kendati tetap mendorong pengembangan hutan tanaman industri untuk kebutuhan kertas. "Kami menerapkan pendekatan bentang alam untuk pengelolaan hutan," terangnya, akhir pekan lalu.
Pendekatan ini bertujuan mempertahankan hutan alam bernilai konservasi tinggi dan mengembangkan tanaman industri ke areal tanah yang tidak produktif. Dengan pendekatan itu, maka RAPP telah melakukan konservasi terhadap 250.000 hektare (ha) di Pekanbaru. Sementara sebanyak 70.000 ha lahan lainnya digunakan untuk menanam tanaman kehidupan bersama masyarakat yang ada disekitar areal lahan konservasi.
Ia mengatakan, RAPP terus meningkatan luas lahan konservasi dengan perbandingan 1:1. Artinya menanam satu hektare tanaman industri dan mempertahankan satu hektare lahan konservasi.
Menurut Petrus, Indonesia memiliki lahan yang potensial untuk dikembangkan sebagai hutan tanaman Industri. Saat ini dari sekitar 74 juta ha kawasan hutan yang dialokasikan sebagai hutan produksi, baru sekitar 34 juta ha yang dibebani izin pengelolaan. Berarti ada potensi 40 juta ha yang belum ada pengelolanya. Jika dikelola menjadi hutan tanaman jelas lebih baik.
Saat ini, RAPP, memperkerjakan tak kurang dari 6.800 tenaga kerja langsung dan lebih dari 90.000 tenaga kerja tidak langsung. RAPP yang merupakan grup dari APRIL ini memproduksi sekitar 2,6 juta ton bubur kayu dan 820.000 ton kertas setiap tahun. Sumber bahan baku berasal dari konsesi hutan tanaman yang secara mandiri dikelola dan perusahaan mitra yang menjadi pemasok jangka panjang dengan luas 480.000 hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News