Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) tahun ini masih fokus untuk membangun smelter feronikel tahap II. Emiten berkode saham DKFT ini memiliki penambangan dan smelter feronikel yang berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Smelter feronikel tahap II ini ditargetkan bakal rampung dan beroperasi pada 2021.
Direktur Central Omega Resources, Feni Silviani Budiman mengatakan guna membangun pabrik pengolahan tahap kedua ini DKFT membutuhkan investasi sebesar US$ 500 juta. “Rencananya kemungkinan 30% akan diperoleh dari perusahaan dan 70% dari pinjaman,” katanya usai RUPSLB, Kamis (28/2).
Namun, Feni belum dapat menyebutkan darimana pinjaman untuk rencana pembangunan smelter tersebut. Nantinya total kapasitas smelter feronikel ini sebesar 250.000 metrik ton per tahun. Sementara ini kapasitas yang sudah beroperasi atau tahap satu sebesar 100.000 metrik ton.
Asal tahu saja, saat ini DKFT juga tengah mengeduk pendanaan melalui rights issue yang mana akan digunakan untuk mempercepat pembangunan smelter tahap dua. Corporate Secretary DKFT, Johanes Supriadi mengharapkan pembangunan smelter ini bisa mulai pada tahun ini. Ia mengaku pihaknya sudah dalam proses menyiapkan lahan.
Mengenai realisasi jumlah volume produksi bijih nikel sepanjang 2018, DKFT berhasil mencatatkan produksi sebesar 440.225 ton, nilai ini nai 17,89% ketimbang realisasi produksi pada tahun 2017 sebesar 373.441 ton.
DKFT menjual 231.769 ton bijih nikel ke pasar lokal, penjualan ke pasar lokal turun 28,60% dari penjualan ke pasara domestic pada 2017 yaitu 324.620 ton. Sementara, mereka menjual sebesar 165.465 ton ke pasar ekspor, penjualan bijih nikel ke pasar ekspor meningkat 40,16% dari tahun 2017 sebesar 118.050 ton.
Johanes mengungkapkan, ada beberapa negara yang menjadi tujuan penjualan mereka, seperti China dan Taiwan. Pada periode Agustus 2018 hingga Agustus 2019, mereka mengantongi izin ekspor bijih nikel sebanyak 810.000 ton.
Sedangkan untuk produksi dari pabrik pengolahan feronikel, selama 2018 mereka merealisasiakan produksi sebanyak 46.841 ton naik dari realisasi produksi pada 2017 sebesar 32.896 ton feronikel. Sementara dari sisi penjualan, mereka menjual sebanyak 43.797 ton feronikel naik dari penjualan pada 2017 sebanyak 24.904 ton feronikel.
Peningkatan produksi pada tahun lalu lantaran smelter tahap pertama itu sudah beroperasi secara keseluruhan, sedangkan pada 2017 masih dalam masa uji coba.
Ia menargetkan pada tahun ini produksi nikel dan feronikel juga akan meningkat ketimbang tahun 2018. Namun ia belum dapat menyebutkan target peningkatan produksinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News