Reporter: Yudo Widiyanto, Noverius Laoli | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Realisasi relokasi pabrik garmen China ke Indonesia sudah mulai terlihat. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Ade Sudrajat investor China sudah mendapatkan tanah 200 hektare tanah di Karawang dari pemerintah daerah. Rasionya satu investor bisa memiliki 3 hektare lahan khusus untuk pabrik garmen. Artinya rata-rata ada 60 investor yang bakal bangun pabrik di satu kawasan terpadu di Karawang."Nama-nama pabriknya saya tidak hapal, namun kira kira ada 60 investor," ungkap Ade, Senin (3/1).
Ade bilang saat ini sudah masuk dalam proses pembangunan infrastruktur untuk akses jalan. Ade bilang nilai investasi bisa mencapai lebih dari US$ 100 juta. Rencananya produk-produk garmen tersebut akan dijual untuk kebutuhan ekspor dan kebutuhan pasar dalam negeri China sendiri."Perkiraan investasi lebih dari US$ 100 juta untuk seluruh pabrik, hasil garmen bisa mereka ekspor ke negeri lain atau bahkan ke China untuk memenuhi kebutuhan sendiri," ungkapnya.
Ade bilang, penambahan investor dari China itu, bisa memberikan sumbangsih besar atas penyerapan tenaga kerja sektor garmen. Karena itulah, ia optimistis sampai akhir tahun 2011 sektor garmen akan menyerap sebanyak 100.000 tenaga kerja. Jumlah ini naik 10% dari tahun 2010."Yang jelas nilai positif masuknya investor China itu adalah penyerapan tenaga kerja yang luar biasa banyaknya, ini menguntungkan kita," ungkap Ade.
Selain Karawang, tuturnya, beberapa daerah lain yang akan jadi tujuan investasi di sektor garmen adalah Subang dan Sukabumi di Jawa Barat, Sragen, Demak, Sukoharjo, dan Solo di Jawa Tengah merupakan daerah yang cukup diminati. “Investor cukup antusias ke Indonesia karena mereka melihat Indonesia sangat potensial," ungkapnya.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) cabang Karawang, Aswin Priosudarmo Salim kawasan Karawang hampir seluruhnya didominasi oleh perusahaan garmen asal Korea Selatan. Pengusaha Garmen Asal Korea saat ini juga mendominasi pasar ekspor untuk negara-negara Amerika dan Eropa."Pengusaha Korea sudah punya buyer-nya sendiri, begitu juga nanti dengan China jadi sudah punya pasarnya sendiri," ungkapnya.
Aswin bilang pengusaha China mengincar Karawang karena Upah Minimum Regional (UMR) dan harga tanah masih rendah. Aswin bilang, 1 meter persegi tanah di Karawang masih di hargai sebesar Rp 400.000, sedangkan untuk UMR sebesar Rp 1 juta. Namun Aswin, bilang selain Karawang ada daerah-daerah yang sebenarnya lebih murah."Banyak daerah di Jawa Tengah yang UMR dan harga tanahnya lebih rendah dari Karawang, semestinya ini juga yang jadi bidikan pengusaha garmen China," kata Aswin.
Budi Iramawan Direktur Industri Aneka Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Departemen Perindustrian (Depperin) RI, belum menerima laporan resminya. Budi bilang investor China masuk ke Karawang sangat mungkin karena daerah tersebut sangat potensial karena dekat dengan pelabuhan. Budi bilang, mendukung langkah investasi tersebut dan tidak akan mempersulit perizinan selanjutnya asalkan memenuhi persyaratan dokumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News