kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga kapas naik, industri tekstil meminta pemerintah mengerem ekspor polyester


Selasa, 21 Desember 2010 / 20:30 WIB
Harga kapas naik, industri tekstil meminta pemerintah mengerem ekspor polyester


Reporter: Herlina KD | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Reli harga kapas dunia belum juga usai. Bahkan, harga kapas internasional kembali menembus rekor tertingginya. Berdasarkan data Bloomberg, harga kapas di ICE Futures New York untuk pengiriman Maret 2011 ada di level US$ 1,59 per pon.

Melambungnya harga kapas ini dipicu oleh penurunan pasokan kapas dunia akibat beberapa negara penghasil kapas mengalami gagal panen. Hal ini terjadi karena curah hujan tahun 2010 cukup tinggi dan mengganggu produktivitas tanaman kapas. Salah satu produsen kapas terbesar yang mengalami penurunan produksi adalah Australia.

National Bank Australia (NBA) seperti dikutip Bloomberg Selasa (21/12) menyatakan produksi kapas Australia pada musim ini diperkirakan hanya sebesar 3,8 juta bal. Prediksi ini masih berpeluang turun karena dampak hujan dan banjir yang melanda lahan kapas di negara Kangguru itu. Tapi, "Indikasi kerugian akibat penurunan produksi tidaklah besar jika dibanding dengan dampak positif dari kenaikan harganya," jelas NBA dalam laporannya.

Kenaikan harga kapas ini tentu saja membuat industri tekstil ketar-ketir. Pasalnya, kapas adalah bahan baku utama bagi industri ini. Apalagi tingkat ketergantungan Indonesia dengan kapas impor sangat besar karena produksi dalam negeri tidak ada.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan kenaikan harga kapas dunia ini membuat industri tekstil kelimpungan. Jika kondisi ini berlanjut, "Dampaknya akan semakin banyak industri tekstil yang tutup karena bahan baku tidak tersedia," ujar Ade kepada KONTAN Selasa (21/12).

Ade bilang, saat ini sebenarnya beberapa industri tekstil skala kecil sudah ada yang menghentikan produksinya. Hanya saja, Ade enggan merinci berapa besar jumlah industri yang sudah tutup. Ia hanya bilang, jika kenaikan harga kapas tidak segera diatasi, maka Ade khawatir industri tekstil yang tengah bergairah saat ini kembali loyo.

Asal tahu saja, sebenarnya tahun ini pasar tekstil dan garmen internasional mulai bergairah setelah lesu akibat krisis tahun 2008 lalu. Tahun ini, ekspor tekstil diperkirakan mencapai US$ 10,5 miliar, naik dari tahun lalu yang sebesar US$ 9,2 miliar. Jika harga kapas dunia terus melonjak, Ade khawatir pertumbuhan industri tekstil ke depan akan melandai. "Penurunan pertumbuhan industri baru akan terasa di tahun 2012 nanti, karena tahun ini para produsen sudah menyiapkan belanja mesin dan investasi baru untuk tahun 2011," katanya.

Sebenarnya, salah satu alternatif yang bisa ditempuh oleh industri tekstil adalah dengan melakukan pengalihan bahan baku kapas ke serat sintetis seperti polyester dan rayon. Hanya saja, sampai saat ini ekspor serat sintetis belum diatur oleh pemerintah, sehingga polyester masih banyak yang diekspor.

Ade bilang, yang menjadi kekhawatiran pengusaha saat harga kapas naik adalah ketersediaan polyester sebagai pengganti kapas juga semakin terbatas. Sebenarnya, November lalu API telah mengirim surat kepada Menteri Perdagangan untuk membatasi ekspor produk serat seperti polyester dan serat lainnya. Ini untuk menjamin ketersediaan bahan baku di dalam negeri. Hanya saja, sampai saat ini surat tersebut belum mendapat respon dari Kementerian Perdagangan.

Asal tahu saja, dari kapasitas produksi serat sintetis nasional sebesar 1,2 juta ton, sebanyak 70% nya terserap untuk kebutuhan di dalam negeri. Karenanya, Ade berharap pemerintah segera melakukan antisipasi dengan mencari jalan keluar jangka pendek untuk menjaga kontinuitas suplai bahan baku industri tekstil. "Pemerintah harus segera bereaksi untuk menerapkan aturan temporary (sementara) terkait dengan kebijakan ekspor polyester,' jelas Ade.

Direktur Utama PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) Vasudevan Ravi Shankar mengatakan kenaikan harga kapas tentu saja akan menyeret harga polyester. "Akibat kenaikan harga kapas dunia, maka produsen mulai beralih ke polyester sebagai alternatif," ujar Ravi. Alhasil, tahun depan harga polyester juga akan ikut terdongkrak akibat naiknya permintaan.

Ravi mencontohkan, di Indonesia saja, kebutuhan polyester sekitar 40.000 ton per bulan. "Kalau harga kapas naik, permintaan polyester bisa naik setidaknya 10%," ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×