kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Colliers : Okupansi perkantoran di Jakarta akan turun jadi 80% hingga akhir tahun


Rabu, 04 April 2018 / 17:15 WIB
Colliers : Okupansi perkantoran di Jakarta akan turun jadi 80% hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Penambahan gedung baru perkantoran Jakarta


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat hunian (okupansi) perkantoran sampai akhir tahun 2018 diperkirakan akan turun meskipun permintaan ruang kantor akan meningkat yang didorong oleh e-commerce dan coworking space. Pasalnya, pasokan kantor yang akan masuk tahun ini juga sangat besar.

Colliers Indonesia memperkirakan okupansi perkantoran di Jakarta akan turun menjadi 80% hingga akhir 2018. Peningkatan permintaan sewa masih belum bisa menutupi pertambahan pasokan perkantoran yang masuk ke tahun ini.

Sutrisno R Soetarmo, Senior Associate Director Office Services Colliers Indonesia mengatakan, suplai perkantoran terbesar diperkirakan akan masuk tahun ini yakni sebanyak 960.000 m². Dimana yang terbesar di kawasan CBD yaitu 670.000 m². Sedangkan pasokan tahun lalu hanya bertambah sekitar 590.000 m²..

"Sebenarnya jumlah gedung perkantoran tidak lebih banyak tetapi dua tahun terakhir gedung yang dibangun ukurannya lebih besar dari ukuran normal. Kalau gedung lama luasnya tidak lebih dari 50.000 m².. Namun sekarang banyak gedung yang ukurannya di atas itu dan bahkan ada yang mencapai 140.000 m² seperti Tressury Tower," jelas Sutrisno di Jakarta, Rabu (4/4).

Luas gedung perkantoran semakin besar didorong oleh pembangunan infrastruktur yang melewati kawasan CBD seperti MRT. Dengan beroperasinya proyek infrastruktur transportasi masal itu, ditambah dengan akan diterapkannya sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dan akan mendorong orang menggunakan transportasi masal dan akan mengurangi kemacetan.

Sutrisno bilang, berkurangnya kemacetan itu akan mendorong orang untuk berkantor di sepanjang jalur yang dilewati oleh transportasi masal. Sehingga pengembang banyak memilih membangun kantor dengan luas lebih besar. "Apalagi ini didukung dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan koefisien luas bangunan (KLB) dari sebelumnya 5 menjadi sekitar 8 saat ini. Pengembang memanfaatkan pelonggaran aturan ini," kata Sutrisno.

Sementara pertumbuhan permintaan perkantoran menurut Colliers akan didorong oleh sektor e-commerce dan co-working space. Dari catatan konsultan ini, ada transaksi lebih dari 5.000 m² terjadi dibeberapa perkantoran di CBD Jakarta di kuartal I-2018.

Sementara lebih dari lima perusahaan operator co-working space yang sedang menjajaki sewa kantor. "Jadi sekarang permintaan meningkat dimana e-commerce dan co-working space yang menjadi demand generator. Kebanyakan dulu kita lihat di coworking space ini hanya pemain lokal, sekarang sudah banyak pemain internasional yang masuk," kata Sutrisno.

Total pasokan perkantoran di CBD Jakarta saat ini mencapai 6,2 juta m² dimana sekitar 200.000 m² bertambah di kuartal I-2018 yang berasal dari dua perkantoran yaitu Properity Tower dan Treasury Tower. 

Colliers memperkirakan akan ada tambah 470.000 m² lagi dari 10 gedung sampai akhir tahun. Sementara dari tahun 2018-2020, total pasokan baru yang akan masuk diprediksi akan mencapai 1,2 juta m².

Dari sisi sewa, Sutrisno bilang harga penawaran cenderung naik. Ini bukan karena pengembang menaikkan harga tetapi karena perkantoran yang ditawarkan kebanyakan gedung-gedung premium atau grade A.

Kuartal I-2018, okupansi kantor di CBD mencapai 80,3% atau meningkat dari 79,9% dari kuartal sebelumnya dan di non CBD mencapai 84% atau meningkat 2,5% year on year (yoy).

Sutrisno melihat tren perkantoran yang akan banyak diminati ke depan adalah perkantoran yang dilewati oleh jalur transportasi masal. Sebab menurutnya, banyak perusahaan melihat bahwa akses yang tidak bagus akan menurukan produktivitas karyawannya.

"Selain itu, dengan kondisi harga sewa yang masih miring di wilayah CBD dan gedung-gedung premiun akan membuat banyak perusahaan memilih berkantor di kawasan CBD daripada non-CBD," kata Sutrisno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×