kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cost recovery migas terus ditekan


Selasa, 24 Juli 2018 / 11:40 WIB
Cost recovery migas terus ditekan


Reporter: Azis Husaini | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan investasi minyak dan gas bumi (migas) yang masih rendah pada semester I-2018 bukan tanpa alasan. Banyak proyek migas yang memang nilai investasinya dipangkas dengan alasan akan menghemat cost recovery. Realisasi investasi migas baru mencapai US$ 3,9 miliar atau sekitar 27% dari target sebesar US$ 14,2 miliar.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengungkapkan, nilai investasi migas yang selama ini dipangkas demi menyelamatkan uang negara. Sebab, sebagian besar proyek migas itu masih menggunakan skema bagi hasil cost recovery. "Itu kami potong, uangnya kembali ke negara," ungkap dia saat berkunjung ke Kantor Redaksi KONTAN, kemarin.

Misalnya, investasi Blok Jambaran-Tiung Biru yang dipangkas dari US$ 2,1 miliar menjadi US$ 1,5 miliar. "Itu turun tidak nilai investasinya? Ya turun. Akan tetapi berapa dana yang dihemat untuk cost recovery? Hampir US$ 600 juta. Lalu produksi turun tidak? Diupayakan tidak nantinya," imbuh Arcandra.

Kala itu pemegang participating interest (PI) ExxonMobil tak terima investasi dipangkas. ExxonMobil pun menjual PI sebesar 41,4% di Jambaran-Tiung Biru ke Pertamina EP. "Sekarang Pertamina EP Cepu yang mayoritas punya saham," ungkap dia.

Selain itu, ada proyek IDD Chevron yang masih terus dinegosiasikan antara Chevron dan pemerintah. Pada 2014, investasi Chevron di IDD mencapai US$ 18 miliar, namun setelah kajian dan rasionalisasi investasi, maka nilainya bisa turun menjadi US$ 11,7 miliar. "Ada penghematan lagi US$ 7 miliar," kata dia.

Proyek IDD Chevron memakai skema cost recovery. Sehingga jika investasi tinggi, maka otomatis cost recovery yang dibayar oleh negara ikut menanjak. "Kami selamatkan uang negara untuk ini, soal produksi ya kami jaga agar tidak turun akibat penghematan tersebut," ujar Arcandra.

Berbeda dengan skema gross split saat ini, soal biaya investasi tidak lagi menjadi tanggungan negara. Sebab para kontraktor migas harus menentukan biayanya di awal. "Gross split mereka yang tentukan, negara tidak keluar uang lagi," imbuh dia.

Dengan gross split, kata Arcandra, negara tidak lagi harus membayar biaya penggantian proyek migas. Sehingga hasil yang diperoleh negara untuk minyak bumi sebesar 57% dan kontraktor mendapatkan 43%. Adapun di proyek gas bumi, negara meraih 52% dan kontraktor sebesar 48%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×