kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dahlan lirik potensi ekspor radioaktif ke China


Selasa, 27 Maret 2012 / 17:23 WIB
Dahlan lirik potensi ekspor radioaktif ke China
ILUSTRASI. Godzilla vs Kong


Reporter: Lili Sunardi | Editor: Asnil Amri

JAKARTA.Belum diproduksinya zat radioaktif atau radioisotop di China, membuka peluang Indonesia menjadi eksportir radioisotop ke ke negara Tirai Bambu itu. Peluang inilah yang dilirik Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Untuk mengambil peluang itu, Dahlan berniat mencari sumber dana Rp 100 miliar untuk membiayai produksi radioisotop pada PT Batan Teknologi di Indonesia. Dana itu rencananya akan dipinjamn dari perbankan nasional maupun dari pinjaman asing.

Yang jelas, menurut Dahlan, tambahan modal itu untuk meningkatkan kapasitas produksi radioisotop PT Batan Teknologi menjadi 900 curie per minggu. “Saat ini kapasitas produksi radioisotop PT Batan Teknologi baru 40 curie,” kata Dahlan di Jakarta, Selasa (27/3).

Selain China, Indonesia juga berpotensi mengekspor radioisotope tersebut ke Jepang. Saat ini, PT Batan Teknologi sudah mengekspor radioisotop ke Malaysia, Filipina dan Bangladesh.

Dahlan menargetkan, bulan Agustus 2012 nanti, PT Batan Teknologi sudah mengekspor sebanyak 100 curie per minggu. Secara berlahan, ekspor radioisotope itu naik menjadi 900 curie sampai pertengahan 2013.

Dari sisi potensi pasar, Dahlan bilang, pasar radioisotop mencapai Rp 1 triliun sampai Rp 1,5 triliun per tahun. “China butuh 300 curie radioisotop per minggu, sementara Jepang butuh 1.000 curie per minggu,” ujarnya.

Selain itu, Dahlan yang juga memiliki latar bisnis ini menyebutkan, ekspor radioisotop menjanjikan laba yang besar. Sayangnya, Dahlan enggan menyebutkan berapa potensi laba dari ekspor radioisotop tersebut.

Namun, ekspor radioisotop menurut Dahlan, bukan hal yang mudah, pasalnya radioisotop harus sudah digunakan maksimal 60 jam setelah diproduksi. “Kami harus tahu jadwal pengiriman radioisotop, makanya pengiriman harus dengan pesawat. Karena maksimal 60 jam radioisotop harus dipakai,” jelasnya.

Selama ini, PT Batan Teknologi mengembangkan produksi radioaktif jenis Mo-99 (radioisotop) dan radioaktif I131 (bahan radioaktif untuk terapi tiroid dan diagnosis ginjal). Radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif yang dibuat dengan menggunakan reaksi inti dengan netron dan digunakan pada bidang hidrologi, biologi, dan industri.

Radioisotop juga biasa digunakan untuk dunia kedokteran sebagai salah satu alat untuk memeriksa letak kanker di dalam tubuh seorang penderita kanker.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×