Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak wabah virus corona menjangkiti sejumlah sektor, tak terkecuali energi dan pertambangan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaksir, jika corona bertahan lama, maka akan berdampak terhadap capaian investasi di sektor pertambangan mineral dan batubara (Minerba).
Hal itu disampaikan oleh Direktur Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono. Ia menyebut, dampak ke sektor minerba sangat berkaitan dengan pergerakan industri dan ekonomi karena berefek pada permintaan barang tambang sebagai bahan baku maupun komoditas energi.
Baca Juga: Pasca meninggalnya WN Inggris di Pulau Dewata, situs travel Aussie: Bali masih aman
"Pengaruh (corona), cepat atau lambat mesti ada. Kalau long term berpengaruh besar. Investasi bisa tidak tercapai. Saya berharap jangan sampai memanjang, sehingga investasi akan tercapai," kata Bambang dalam acara cofee morning yang digelar di kantornya, Kamis (12/3).
Adapun, target investasi sektor minerba untuk tahun 2020 berkisar di angka US$ 7,74 miliar. Hingga 6 Maret 2020, realisasi investasi baru mencapai US$ 192,97 juta atau sekitar 2,52% dari target tahunan.
Meski begitu, ia masih belum menjelaskan langkah mitigasi yang akan dilakukan pemerintah. Sebab, kata Bambang, pihaknya sampai saat ini masih meninjau perkembangan situasi yang ada, khususnya pergerakan harga komoditas.
Menurut Bambang, pergerakan harga sejumlah komoditas utama seperti batubara, nikel, emas, dan timah masih terpantau dalam rentang fluktuasi yang wajar. Selain itu, ia juga menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada perusahaan yang melaporkan secara resmi terkait dengan dampak corona. Artinya, belum ada perubahan produksi dan penjualan dari rencana awal.
Baca Juga: Terpukul corona, penjualan mobil di China catatkan penurunan terdalam sepanjang masa
"Untuk saat ini perusahaan belum menyampaikan keluhan itu. Kita juga lihat perkembangan harga, masih bagus sampai saat ini. Jadi kita lihat dulu perkembangannya," ujar Bambang.
Terlebih, imbuhnya, China sebagai penggerak utama pasar komoditas, sudah mulai mencapai titik balik. Hal ini diharapkan bisa menjadi sentimen positif bagi pasar, termasuk bagi industri pertambangan di tanah air. "Jumlah yang terpapar sudah mulai tereduksi, di China sudah mulai titik balik. Artinya, kemungkinan akan kembali pada situasi yang lebih baik. Dari sisi kami, harapannya tetap bisa survive dari sisi produksi dan ekspor," ungkapnya.
Tergambar setelah revisi RKAB
Pada kesempatan yang sama, StaffKhusus Menteri ESDM Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba Irwandy Arief tak menampik, wabah corona memang berdampak terhadap industri pertambangan tanah air. Hanya saja, katanya, dampak tersebut belum signifikan mempengaruhi produksi produk tambang.
Irwandy memberikan gambaran, China menutup permintaan batubara hingga 1 April 2020. Selain itu, lanjutnya, enam perusahaan listrik dari China juga mengurangi permintaan 200.000 ton. Sehingga, kondisi itu pun menimbulkan pergerakan harga di pasar spot.
Baca Juga: Tangkal virus corona, presiden Jokowi semakin rajin minum jamu
Pada batubara kalori 4.200 kcal/kg, kata Irwandy, terjadi penurunan harga dari yang semula US$ 36 per ton, menjadi US$ 32,5 per ton untuk kontrak di bulan April. Kendati begitu, pengurangan permintaan dan penurunan harga masih ada di level yang wajar.
"Secara signifikan, pengaruh itu belum ada. Dari sisi harga, kalau kita lihat, di tahun 2019 harga minerba itu sudah turun 30% dibanding 2018. (Dengan dampak corona) tidak ada yang bisa memberikan gambaran pasti turunnya berapa," jelasnya.
Menurut Irwandy, dampak corona baru bisa tergambar jelas pada pertengahan tahun nanti, atau saat revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pada Juni mendatang. Dengan begitu, akan terlihat pergerakan rencana produksi dan penjualan perusahaan minerba hingga akhir tahun nanti.
Baca Juga: Bidik pasar bernilai tinggi, Jokowi dorong klasterisasi pertanian
"Kita lihat nanti di perubahan RKAB. Apakah mereka minta menurunkan produksi, yang tadinya minta penambahan produksi. Kita lihat nanti di bulan Juni sampai akhir tahun baru kelihatan secara nyata," tandasnya.
Lebih lanjut, Irwandy pun mengatakan bahwa secara umum, pemerintah tak tinggal diam untuk mengantisipasi dampak corona. Misalnya dengan kebijakan perpajakan. Namun, hal itu menjadi kewenangan dari Kementerian Keuangan. "Jadi pemerintah tetap antisipasi supaya kita bisa tetap bertahan," ujarnya.
Adapun, terkait dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor Minerba, Direktur Penerimaan Minerba Kementerian ESDM Johnson Pakpahan mengklaim bahwa hingga saat ini setoran ke negara tidak mengalami kendala.
Baca Juga: Pasar lesu, Kino Indonesia (KINO) optimistis bisa jaga pertumbuhan penjualan
Johnson pun menyebut bahwa belum ada perubahan target PNBP, dan pihaknya masih optimistis penerimaan negara bisa terhimpun sesuai rencana. "Tahun kemarin juga di awal, hingga bulan ke-9 agak berat. Tapi toh bisa tercapai juga," katanya.
Sebagai informasi, pada tahun ini PNBP minerba ditargetkan bisa mencapai Rp 44,34 triliun. Hingga 6 Maret 2020, realisasi PNBP berada di angka Rp 5,86 triliun atau 13,2% dari target. Target PNBP tahun ini memang dipatok lebih kecil ketimbang realisasi tahun lalu yang sebesar Rp 45,59 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News