Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Tergambar setelah revisi RKAB
Pada kesempatan yang sama, StaffKhusus Menteri ESDM Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba Irwandy Arief tak menampik, wabah corona memang berdampak terhadap industri pertambangan tanah air. Hanya saja, katanya, dampak tersebut belum signifikan mempengaruhi produksi produk tambang.
Irwandy memberikan gambaran, China menutup permintaan batubara hingga 1 April 2020. Selain itu, lanjutnya, enam perusahaan listrik dari China juga mengurangi permintaan 200.000 ton. Sehingga, kondisi itu pun menimbulkan pergerakan harga di pasar spot.
Baca Juga: Tangkal virus corona, presiden Jokowi semakin rajin minum jamu
Pada batubara kalori 4.200 kcal/kg, kata Irwandy, terjadi penurunan harga dari yang semula US$ 36 per ton, menjadi US$ 32,5 per ton untuk kontrak di bulan April. Kendati begitu, pengurangan permintaan dan penurunan harga masih ada di level yang wajar.
"Secara signifikan, pengaruh itu belum ada. Dari sisi harga, kalau kita lihat, di tahun 2019 harga minerba itu sudah turun 30% dibanding 2018. (Dengan dampak corona) tidak ada yang bisa memberikan gambaran pasti turunnya berapa," jelasnya.
Menurut Irwandy, dampak corona baru bisa tergambar jelas pada pertengahan tahun nanti, atau saat revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pada Juni mendatang. Dengan begitu, akan terlihat pergerakan rencana produksi dan penjualan perusahaan minerba hingga akhir tahun nanti.
Baca Juga: Bidik pasar bernilai tinggi, Jokowi dorong klasterisasi pertanian
"Kita lihat nanti di perubahan RKAB. Apakah mereka minta menurunkan produksi, yang tadinya minta penambahan produksi. Kita lihat nanti di bulan Juni sampai akhir tahun baru kelihatan secara nyata," tandasnya.