kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.197   56,46   0,79%
  • KOMPAS100 1.106   11,25   1,03%
  • LQ45 878   11,38   1,31%
  • ISSI 221   1,04   0,47%
  • IDX30 449   5,97   1,35%
  • IDXHIDIV20 540   5,29   0,99%
  • IDX80 127   1,41   1,12%
  • IDXV30 134   0,41   0,31%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dampak meluncurnya mobil murah di jalan ibukota


Rabu, 25 September 2013 / 15:20 WIB
Dampak meluncurnya mobil murah di jalan ibukota
ILUSTRASI. Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada seorang wisatawan saat vaksinasi booster di kawasan objek wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali, Rabu (4/5/2022).


Reporter: Umar Idris, Anastasia Lilin Y, Emma Ratna Fury | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Tiga mobil murah dan ramah lingkungan alias low cost green car (LCGC) telah resmi dilepas ke pasar, pekan lalu: Daihatsu Ayla, Toyota Agya, dan Hondra Brio Satria. Dua produk keluaran Grup Astra dan sebuah produk rakitan Honda Prospect Motor ini akan disusul produk otomotif merek Jepang yang lain: Nissan, lewat merek Datsun Go dan Datsun Go+.

Mobil hemat ala Nissan masuk kelompok kendaraan multifungsi alias multipurpose vehicle (MPV), sedangkan Agya, Ayla, serta Brio Satya masuk kategori city car.

Nissan berencana mulai memasarkan produknya tahun depan. “Kedua produk ini partisipasi Nissan dalam program LCGC,” kata Carlos Ghosn, Presiden dan CEO Nissan Motor Corporation, saat peluncuran Datsun Go di Gandaria City, Jakarta Selasa (17/9).

Mobil-mobil murah ini langsung kebanjiran pesanan. Lihat saja Agya dan Ayla, Grup Astra mengklaim pesanan Agya dan Ayla telah mencapai target, masing-masing 15.000 unit. Sedangkan bagi Nissan, mobil ini menjadi andalan pemasukan mereka hingga 50% dari penguasaan pasar Nissan di Indonesia tahun depan.

Namun harus dicatat, peluncuran mobil LCGC ini disambut dengan beragam pendapat yang pro maupun kontra. Versi pemerintah dan produsen mobil, mobil LCGC ini disebut mobil hijau (green) karena akan memakai bensin dengan kadar timbal yang rendah. Sesuai dengan ketetapan pemerintah, mobil ini diharuskan memakai RON 92 seperti bensin Pertamax di SPBU Pertamina. Alhasil, kadar emisi mobil ini rendah.

Banyak kalangan menilai mobil ini belum tentu murah. Maklum harganya masih cukup tinggi, plus-minus Rp 100 juta (detail harga, lihat halaman 8). Namun bagi pemerintah, maksud murah alias low cost ialah jarak tempuh mobil ini lebih panjang karena memakai bensin tanpa timbal. Jika biasanya jarak tempuh mobil pemakai premium 15 km hingga 18 km per liter, mobil ini mencapai 20 km hingga 22 km per liter.

Jangkauan jarak per liter bensin ini diatur dalam ketetapan pemerintah: Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 seputar pajak penjualan barang mewah bagi kendaraan bermotor. Juga diatur di Peraturan Menteri Perindustrian No. 33/M-IND/PER/7 tahun 2013.

Kementerian Perindustrian memperkirakan ada tambahan 300.000 unit mobil baru per tahun berasal dari mobil LCGC. Pada 2012, penjualan mobil baru secara nasional mencapai 1,1 juta unit. Serbuan unit mobil baru akan menambah sesak jalan raya. Ini mengkhawatirkan karena kemacetan di Jakarta ke depan akan bertambah parah.

Kementerian Perindustrian menjelaskan, dari 33 provinsi dan 508 kabupaten/kota, diperkirakan hanya 50 kabupaten/ kota mengalami kemacetan. Kemacetan akan terjadi di kotakota besar, sedangkan kabupaten/ kota lain belum macet. “Masih banyak daerah lain di Indonesia yang masyarakatnya membutuhkan kendaraan roda empat,” tutur Budi Dharmadi, Direktur Jenderal Industri Unggulan Kementerian Perindustrian, dalam keterangan tertulisnya kepada KONTAN.

Kekhawatiran akan kemacetan ini tidak mengada-ada karena konsumen terbesar mobil murah ini adalah warga Jakarta dan sekitarnya. “Dampak kebijakan ini langsung terasa di Jakarta,” tutur Eryus Amran Koto, pengamat transportasi dari Universitas Trisakti.

Kebijakan mobil murah ini membuktikan keputusan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah bertolak belakang. “Pemda mengatur lalu lintas agar lebih lancar, tapi pusatnya memproduksi mobil demi perekonomian,” kata Eryus.

Kebijakan telah dibuat. Produsen mobil telah menjajakan mobil ini kepada konsumen. Konsumen pun mulai memburu mobil ini layaknya membeli kacang goreng. Meski begitu, pemerintah harus mengurangi dampak sosialnya. “Perlu ada pembatasan peredaran mobil ini di dalam negeri oleh pemerintah,” kata Eryus.

Produsen mobil enggan menanggapi pro-kontra masyarakat. “Kami membuat produk ini sesuai arahan pemerintah,” kata Yulian Warman, Kepala Hubungan Publik PT Astra International Tbk.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 51 - XVII, 2013 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×