kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -18.000   -0,91%
  • USD/IDR 16.312   16,00   0,10%
  • IDX 7.155   37,72   0,53%
  • KOMPAS100 1.042   6,97   0,67%
  • LQ45 800   5,01   0,63%
  • ISSI 232   1,69   0,73%
  • IDX30 416   1,40   0,34%
  • IDXHIDIV20 488   2,36   0,49%
  • IDX80 117   0,64   0,55%
  • IDXV30 120   0,18   0,15%
  • IDXQ30 134   0,62   0,47%

Dampak Negatif untuk Indonesia Jika Harga Minyak Dunia Naik Terus


Selasa, 17 Juni 2025 / 04:35 WIB
Dampak Negatif untuk Indonesia Jika Harga Minyak Dunia Naik Terus
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj. Pecahnya perang regional, konflik terbaru antara Israel dan Iran juga mengerek harga minyak mentah global.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain menimbulkan korban sipil dan memperbesar kekhawatiran akan pecahnya perang regional, konflik terbaru antara Israel dan Iran juga mengerek harga minyak mentah global.

Melansir Reuters, Senin (16/06) harga minyak naik pada awal perdagangan di pasar Asia, setelah Israel dan Iran kembali saling melancarkan serangan pada Minggu (15/06). 

Eskalasi ini meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik dapat meluas ke wilayah regional dan mengganggu ekspor minyak dari kawasan Timur Tengah.

Minyak mentah Brent berjangka tercatat naik sebesar US$ 1,70 atau 2,3% menjadi US$ 75,93 per barel pada pukul 22.53 waktu setempat. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,62 atau 2,2% menjadi US$ 74,60 per barel.

Baca Juga: Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Harga Minyak Dunia Terancam Tembus US$130 per Barel

Menurut pengamat komoditas dan pendiri Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono terdapat tiga efek samping yang akan dirasakan Indonesia sebagai salah satu net importir minyak dunia, jika perang antara Iran VS Israel ini berlanjut.

1.  Peningkatan Beban Subsidi Energi (BBM dan Listrik)

Wahyu mengatakan, bagian terbesar dari dampak kenaikan harga minyak terhadap APBN adalah melalui subsidi energi, terutama Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Pemerintah Indonesia seringkali menetapkan harga BBM bersubsidi (seperti Pertalite atau Solar) di bawah harga pasar internasional untuk menjaga daya beli masyarakat," ungkapnya, Senin (16/06).

Selain itu, ketika harga minyak dunia naik, selisih antara harga pasar dan harga jual subsidi menjadi lebih besar. Membuat pemerintah harus menanggung selisih ini dalam bentuk subsidi.

"Ini berarti beban subsidi yang harus dibayarkan dari APBN akan membengkak secara signifikan," tambahnya.

Tidak hanya subsidi BBM, subsidi listrik dalam jangka panjang juga akan berpengaruh, ini karena sebagian besar pembangkit listrik masih menggunakan BBM atau gas yang harganya dapat terindeks ke harga minyak.

2. Pembengkakan Biaya Impor Minyak dan Gas

Sebagai net importir, Indonesia tercatat masih mengimpor minyak mentah dan juga BBM dari beberapa negara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak mentah RI mayoritas berasal dari Arab Saudi, Angola, Nigeria, Amerika Serikat, dan Australia. Sedangkan impor BBM masih didominasi dari Singapura.

"Dengan kenaikan harga minyak, nilai impor migas Indonesia akan meningkat tajam. Ini akan membebani neraca pembayaran dan dapat menyebabkan tekanan pada nilai tukar Rupiah. Rupiah yang melemah selanjutnya akan memperburuk biaya impor, menciptakan lingkaran setan," jelasnya.

3. Tekanan Inflasi

Wahyu menambahkan, kenaikan harga minyak secara langsung akan meningkatkan biaya transportasi dan logistik diseluruh rantai pasok.

"Ini akan memicu kenaikan harga barang dan jasa lainnya atau inflasi, kalau tinggi, dapat mengikis daya beli masyarakat dan menekan pertumbuhan ekonomi," tambahnya.

Pemerintah mungkin perlu mengeluarkan kebijakan untuk meredam inflasi, yang juga dapat berdampak pada APBN misalnya, melalui bantuan sosial.

Untuk mensiasati efek samping kenaikan harga minyak, pemerintah dapat melakukan beberapa hal diantaranya meningkatkan subsidi, menyesuaikan harga BBM, optimalisasi produksi minyak domestik hingga diversifikasi sumber energi.

"Pemerintah harus mencari keseimbangan antara menjaga stabilitas fiskal dan melindungi daya beli masyarakat," tutupnya. 

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Meningkat, Harga Minyak Dunia Makin Bergejolak

Selanjutnya: Para Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 5,5% di Juni 2025

Menarik Dibaca: Cara Login BPJS Ketenagakerjaan Terbaru 2025 Lewat Aplikasi, Coba Solusi Ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×