Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus membangun jaringan Base Tranceiver Station (BTS) agar merata di seluruh Indonesia sebagai upaya percepatan transformasi digital. Penyediaan sinyal 4G dan akses internet tidak hanya berfokus pada wilayah urban, tetapi juga di pelosok desa berpemukiman serta wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T).
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Anang Latif menyatakan pembangunan BTS 4G didukung alokasi dana APBN secara bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan fiskal pemerintah.
"APBN yang dialokasikan untuk pembangunan 4.200 BTS 4G sebesar Rp 11 triliun. Salah satu komponen terbesar untuk biaya logistik pengiriman material, karena banyak lokasi pembangunan yang belum terdapat infrastruktur fisik dasar, seperti jalan, sehingga harus ditempuh dengan menggunakan helikopter," jelasnya dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (15/4).
Baca Juga: Hingga akhir 2022, pemerintah akan tuntaskan pembangunan BTS 4G di 12.458 desa
Anang mengungkapkan, saat ini, rata-rata progres pembangunan BTS 4G Fase 1 adalah 86% dimana 1.900-an lokasi telah on air dari target 4.200 lokasi pada tahun 2022.
Sedangkan untuk pembangunan BTS 4G tahap 2 di 3.704 lokasi, akan dilakukan bertahap sesuai dengan ketersediaan fiskal. Tahun 2022, anggaran yang ada akan dialokasikan untuk pembangunan BTS 4G di 2.300 lokasi.
Kementerian Kominfo memberikan apresiasi atas dukungan operator seluler untuk penyediaan sinyal di wilayah 3T.
Menurut Anang, operator seluler dan vendor sangat mendukung program penyediaan sinyal. "Saat ini, masyarakat di beberapa wilayah 3T sudah mulai memanfaatkan jaringan BTS yang telah dibangun oleh BAKTI," ungkapnya.
Pembangunan infrastruktur digital di desa-desa terpencil bukan hal yang mudah. Tantangan kondisi geografis alam, persoalan logistik, transportasi, dan ketersediaan SDM menjadi kendala tersendiri.
BAKTI Kominfo membangun BTS 4G di wilayah 3T yang sangat sulit dijangkau. Bahkan, banyak desa yang belum memiliki infrastruktur jalan yang layak dan aliran listrik.
"Sehingga pengiriman material ke lokasi BTS 4G banyak dilakukan dengan berjalan kaki dan menggunakan gerobak atau menggunakan perahu-perahu tradisional untuk menyeberangi lautan atau sungai-sungai," tutur Anang.
Baca Juga: Sambut Lebaran, Telkom kerahkan 18.393 personel di 98 posko layanan
Selain itu, gangguan keamanan menjadi tantangan tersendiri, terutama di Papua. Menurut Anang, saat jumlah lokasi BTS yang dibangun di Papua dan Papua Barat mencapai sekitar 65% dari total BTS yang dibangun oleh BAKTI di seluruh Indonesia terpaksa diberhentikan karena serangan penembakan.
"Pada tanggal 2 Maret lalu, terjadi serangan penembakan di Kabupaten Puncak yang menewaskan 8 pekerja. Dari insiden tersebut, pekerjaan implementasi di hampir seluruh di Propinsi Papua dihentikan atas instruksi dari otoritas di Papua," ungkapnya.
Bagaimanapun, akselerasi pemerataan pembangunan di daerah 3T terus berjalan. Dirut Anang Latif optimistis target pembangunan BTS 4G di Indonesia akan tercapai tahun ini.
"Seluruh tantangan dan persoalan tersebut, tidak menyurutkan tekad pemerintah untuk terus melanjutkan penyediaan sinyal 4G dan akses internet bagi masyarakat di wilayah 3T," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News