kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,80   -12,69   -1.37%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari Limbah Jadi Berkah: Wujud Ekonomi Sirkuler Dalam Olahan Kotoran Ternak


Kamis, 10 November 2022 / 11:55 WIB
Dari Limbah Jadi Berkah: Wujud Ekonomi Sirkuler Dalam Olahan Kotoran Ternak
ILUSTRASI. Kontan - Widodo Makmur Perkasa Kilas Online


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - Industri peternakan berperan penting dalam menyokong ketahanan pangan dan ketersediaan makanan bergizi tinggi bagi masyarakat. Di sisi lain, industri peternakan juga menghasilkan kotoran ternak yang cukup besar. Bagi masyarakat umum, kotoran ternak hanya dipandang sebagai limbah yang mengganggu lingkungan sekitar.

Meski demikian, melalui proses pengolahan yang baik dampak buruk kotoran ternak terhadap lingkungan dapat dicegah. Terlebih, saat ini berbagai inovasi teknologi telah diterapkan industri peternakan untuk mengolah kotoran ternak. Hal ini menjadi bagian dari perwujudan tanggung jawab industri peternakan untuk menjalankan bisnis yang tak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga berpihak pada masyarakat dan lingkungan hidup.

Sehubungan dengan tujuan tersebut, pengolahan kotoran ternak menjadi hal penting dalam operasional sebuah perusahaan peternakan terintegrasi. Di Indonesia, PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) merupakan salah satu pelaku industri peternakan yang telah mempraktikkan pengolahan kotoran ternak secara berkelanjutan.

Ekonomi sirkuler

Perusahaan yang bergerak di sektor consumer goods dan komoditas pertanian ini mengolah kembali kotoran ternak sapi dan unggas menjadi pupuk organik sebagai material yang kaya manfaat.

“Limbah saat ini dikelola secara mandiri oleh Perusahaan untuk limbah yang dapat dimanfaatkan kembali, serta bersama pihak ketiga untuk limbah jenis B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Semua dilakukan agar Perusahaan meminimalkan dampak lingkungan untuk operasional yang dilaksanakan,” jelas Chief Operating Officer (COO) PT Widodo Makmur Perkasa, Tbk, Mega Nurfitriyana.

Praktik pengolahan kotoran ternak ini merupakan penerapan prinsip ekonomi sirkuler (circular economy) dalam operasional WMPP. Kotoran sapi yang sudah diolah menjadi pupuk organik kemudian digunakan untuk kebutuhan internal perusahaan, sebagai pupuk bagi budidaya tanaman hijauan bahan pakan ternak. Selain memenuhi kebutuhan nutrisi yang tepat bagi ternak sapi, pemanfaatan olahan kotoran sapi tersebut juga meningkatkan efisiensi biaya produksi bagi Perusahaan. Dengan demikian, kotoran sapi yang semula adalah limbah, berubah jadi berkah bagi perusahaan, masyarakat, dan bumi.

Circular economy memungkinkan Perusahaan menggunakan sumber daya, bahan baku maupun produk jadi yang bisa dipakai ulang untuk selama mungkin, dan menghasilkan sampah atau limbah seminimal mungkin. Di mana dalam konsep tersebut menerapkan prinsip 5R yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair,” imbuh Mega.

Energi terbarukan

Proses pengolahan limbah ternak ikut menjadi salah satu prioritas di lini usaha ternak unggas Perusahaan. WMPP mengoperasikan Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) yang mampu melayani pemotongan 12.000 unggas per jam. Dari RPHU terbesar di Indonesia ini, Perusahaan berpeluang memiliki sumber nutrisi tanah yang melimpah dari kotoran unggas.

Pupuk organik dari olahan limbah ternak unggas turut didistribusikan pada petani mitra WMPP, seperti para petani sayur yang berlokasi di daerah Dieng atau Wonosobo, Jawa Tengah.

“Telah sejak lama kotoran ternak Perusahaan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan lahan pertanian atau perkebunan baik skala kecil maupun besar. Oleh karena itu, hampir tidak ada limbah dari ternak yang tidak termanfaatkan dengan baik,” lanjut Mega.

Selain diolah menjadi pupuk organik, saat ini WMPP tengah mengembangkan pengolahan kotoran ternak menjadi Bio-CNG (Biomethane-Compressed Natural Gas) sebagai bagian dari pemanfaatan energi terbarukan oleh Perusahaan. Perusahaan akan membangun pabrik pengolahan Bio-CNG di Cianjur untuk mengkonversi limbah kotoran sapi dan pengolahan daging menjadi bahan bakar dengan kapasitas hingga 300 ton/hari.  

Tidak hanya itu, sisa Bio-CNG berupa lumpur (sludge) organik juga akan digunakan kembali sebagai pupuk organik dan bahan pembuatan biopelet yang bermanfaat sebagai bahan bakar terbarukan lainnya.

“Saat ini, riset biopelet masih terus berjalan dan diharapkan dapat menggantikan batubara ke depannya. Semua inisiatif tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi mencegah efek rumah kaca dunia dalam jangka panjang,” pungkas Mega.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×