Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melepas saham di PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) sudah berembus lama. Yang terbaru, produsen dan distributor minuman bir Anker, Calrsberg, dan San Miguel ini dikabarkan menjual saham Delta ke salah perusahaan asuransi terbesar dunia, asal China, Ping An Insurance Company of China Ltd.
Direktur Pemasaran PT Delta Djakarta Ronny Titiheruw belum mau bicara banyak soal hal ini. Bahkan dirinya mengklaim baru mengetahui isu ini dari KONTAN. Sementara mengenai ketertarikan investor lain dirinya juga belum mau berkomentar. "No comment," kata Ronny menjawab singkat kepada KONTAN, Senin (7/5).
Mengutip Forbes, Ping An sempat menjadi perusahaan asuransi terbesar dunia di pertengahan 2017, dengan pendapatan US$ 106 miliar dan laba US$ 9,5 miliar di tahun lalu. Posisi Ping An, yang juga bergerak di bidang investasi ini tersalip Berkshire Hathaway jelang akhir tahun lalu.
Untuk saat ini, Ronny menjelaskan bahwa perusahaan masih menjalankan bisnis normal. Tahun ini, perusahaan juga membidik kenaikan pendapatan bertumbuh moderat di atas ekonomi nasional. Sampai berita ini diturunkan pihak Pemprov DKI Jakarta maupun Ping An belum memberikan konfirmasi kepada KONTAN.
Sebelumnya,rencana penjualan saham ini tak lepas dari janji kampanye Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno saat Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Kepemilikan modal Pemprov DKI di Delta Djakarta dianggap tak membawa banyak manfaat.
Adapun saat ini kepemilikan saham Pemerintah D.K.I Jakarta di Delta Djakarta sebanyak 23,4%. Sedangkan mayoritas saham masih dimiliki San Miguel Malaysia sebanyak 58,33%. Sedangkan sisa 18,3% dimiliki oleh masyarakat.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menilai secara fundamental dalam tiga tahun terakhir perusahaan bir di bawah merek Anker, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih ini masih positif. "Hal ini dibuktikan juga perusahaan rajin memberikan dividen tiap tahun. Tandanya cash flow mereka dan manajemen perusahaan juga baik," kata Alfred kepada KONTAN, Senin (7/5).
Meski saat ini pangsa pasar perusahaan tidak sebesar kompetitornya PT Multi Bintang Indonesia Tbk, hal ini tidak menjadikan produk perusahaan kalah bersaing. Menurutnya rencana perusahaan untuk ekspor dalam beberapa tahun kedepan membuktikan manajemen terus mau memperkuat jalur distribusi bisnis. "Harga akuisisinya tentu akan jadi pelik karena pemerintah tentu tidak mau jual murah," tambahya.
Mengenai rencana pengambilan saham, Alfred menilai Pemprov DKI Jakarta hanya melihat dari kacamata ideologi politik dan bukan bisnis. Sebab dari segi kontribusi bisnis kinerja emiten berkode saham DLTA ini konsisten menguntungkan bagi pemerintah daerah. "Bila jadi dilepas, tentu Pemprov harus mencari pengganti kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bisa sama dengan Delta Djakarta," lanjutnya.
Sementara bagi PT Delta Djakarta Tbk bila jadi dilepas ke perusahaan negeri tirai bambu tersebut maka akan dapat menambah jalur distribusi ekspor. Sedangkan untuk mengganti core bisnis perusahaan dipastikan akan sulit.
Dari laporan keuangan kuartal I-2018 tercatat penjualan bersih emiten berkode saham DLTA sebesar Rp 224,5 miliar atau naik dari periode sama tahun lalu sebanyak Rp 217,78 miliar.Informasi saja, kapasitas produksi pabrik DLTA di Bekasi yakni 1,1 juta hekto liter per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News