Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tatkala permintaan bir dalam negeri belum kembali segar, PT Delta Djakarta Tbk coba mencari peruntungan di pasar mancanegara. Meskipun porsi penjualan ekspor masih mini, peluang pertumbuhannya lebih besar dibandingkan penjualan domestik.
Mengacu pada pencapaian tahun lalu, Delta Djakarta mencatatkan pertumbuhan penjualan ekspor 67,33% year on year (yoy) menjadi Rp 1,69 miliar. Sementara penjualan domestik setelah dikurangi cukai dan pajak penjualan turun 0,79% yoy menjadi Rp 870,45 miliar.
Target tujuan ekspor Delta Djakarta tahun ini adalah negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Mereka mengandalkan produk bir hitam merek San Miguel Cerveza Negra. "Saat ini masih negosiasi ke Thailand dan Vietnam," ungkap Alan D.V. Fernandez, Direktur Keuangan PT Delta Djakarta Tbk, saat paparan publik, Rabu (25/4).
Sebelumnya, Delta Djakarta sudah merambah sejumlah pasar ekspor. Akhir tahun lalu misalnya, perusahaan berkode saham DLTA di Bursa Efek Indonesia itu mulai mengekspor ke Timor Leste.
Hanya, Delta Djakarta tak secara spesifik mematok target penjualan ekspor. Mereka hanya mengatakan, upaya memperdalam pasar mancanegara tak lantas mengesampingkan ekspansi di dalam negeri. Pasalnya perusahaan itu berharap, kinerja pasar ekspor dan domestik mampu mendukung target bisnis secara keseluruhan.
Tahun ini Delta Djakarta membidik pertumbuhan kinerja kurang lebih sama dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Acuan pertumbuhan ekonomi mereka 5%-5,5%. "Kami berusaha bisa tumbuh di atas gross domestic product (GDP)," tutur Ronny Titiheruw, Direktur Pemasaran Delta Djakarta.
Untuk itu, Delta Djakarta juga akan memperkuat pemasaran di basis pasar utama yakni sektor pariwisata. Sambil jalan, perusahaan tersebut mengulik potensi pasar dalam acara olahraga dan musik. Asian Games salah satu momentum yang mereka tunggu.
Delta Djakarta memperkirakan, kinerjanya bergerak kondusif mulai semester II. Menurut catatan internal Delta Djakarta, volume penjualan bir nasional pada kuartal I 2018 turun hingga 20% yoy. Volume penjualannya ikut menyusut. Meskipun begitu, mereka memperkirakan mampu mencatatkan kenaikan profit.
Penopang profit adalah efisiensi biaya operasional dan kenaikan harga jual produk. Salah satu cara Delta Djakarta menekan ongkos produksi dengan menerapkan kontrak pembelian bahan baku jangka panjang. Dengan cara seperti itu, mereka bisa menjamin suplai bahan baku dan memastikan biaya produksi.
Sebagian besar bahan baku bir adalah impor yang dibeli dalam mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Akibatnya, perusahaan seperti DLTA juga memiliki risiko nilai tukar.
DLTA mengoperasikan pabrik berkapasitas produksi 1,1 juta hekto liter per tahun di Bekasi, Jawa Barat. Tahun ini mereka menyediakan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 30,5 miliar. Capex tersebut untuk meningkatkan kemampuan operasional dan membeli peralatan pabrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News