kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Departemen Perdagangan: Garam Masih Harus Impor


Kamis, 19 November 2009 / 17:19 WIB
Departemen Perdagangan: Garam Masih Harus Impor


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Test Test

JAKARTA. Wacana swasembada garam yang direncanakan sejumlah menteri seperti Menteri Perindustian M.S. Hidayat dan Menteri Kelauatan dan Perikanan Fadel Muhamma, sepertinya jauh panggang dari api. Pasalnya, jumlah produksi garam di dalam negeri masih jauh lebih sedikit ketimbang kebutuhan. “Garam konsumsi rumah tangga saja kebutuhan 680.000 per tahun, produksi cuma 500.000 ton,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan (Depdag) Diah Maulida, di Jakarta, Kamis (19/11).

Sebetulnya, Diah menyambut baik rencana meningkatkan produksi garam untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. Sayang, produksi garam nasional tidak sesuai dengan jumlah permintaan. “Kebutuhan garam industri itu harus diimpor karena mereka butuh standar dan kualitas,” jelas Diah.

Menurut catatan Diah, industri yang terbanyak membutuhkan garam adalah Industri CAP (chlore alkali) dengan total kebutuhan 1,5 juta ton per tahun. Di belakangnya menyusul industri rumah tangga sebanyak 680.000 ton, industri pengeboran minyak 130.000 ton, industri es batu 100.000 ton, dan industri pengasinan ikan 150.000 ton.

Saat ini, untuk garam konsumsi rumah tangga saja sekitar 180.000 ton per tahun harus ditutupi dari impor. Kurangnya produksi tersebut karena kondisi laut Indonesia yang memiliki kadar garam yang sedikit, sehingga produksi garam tidak maksimal.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, sebelumnya menyatakan agar produksi garam domestik bisa dinaikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor garam. “Harus dicarikan sentra baru untuk pembangunan pabrik garam,” ujarnya.

Daerah yang dibidik Fadel untuk pembangunan industri garam tersebut berada di Kupang Nusa Tenggara Timur yang secara geografis memiliki laut yang memiliki potensi garam. Daerah ini juga berdekatan dengan negara penghasil garam yaitu Australia. Menurut Fadel, dengan luas laut yang begitu besar Indonesia memiliki potensi untuk meningktkan produksi garamnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×