kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.278.000   -12.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.685   32,00   0,19%
  • IDX 8.259   95,03   1,16%
  • KOMPAS100 1.152   15,17   1,33%
  • LQ45 842   10,19   1,22%
  • ISSI 285   3,12   1,11%
  • IDX30 443   5,94   1,36%
  • IDXHIDIV20 511   8,10   1,61%
  • IDX80 129   1,73   1,36%
  • IDXV30 137   1,26   0,92%
  • IDXQ30 141   2,05   1,48%

Developer Gencar Luncurkan Produk Premium pada Akhir Tahun, Ini Alasannya


Minggu, 02 November 2025 / 20:45 WIB
Developer Gencar Luncurkan Produk Premium pada Akhir Tahun, Ini Alasannya
ILUSTRASI. PT Summarecon Agung Tbk menghadirkan meluncurkan produk hunian Ardea di Klaster Heron Kawasan Summarecon Serpong.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pasar properti yang masih bergerak datar, geliat di segmen hunian premium justru menunjukkan tren yang berbeda. 

Sejumlah pengembang besar seperti Summarecon Agung (SMRA) dan Sinarmas Land aktif meluncurkan produk-produk di segmen pasar premium baru pada kuartal IV-2025.

Summarecon merilis klaster Ardea at Heron di kawasan Summarecon Serpong, sementara Sinarmas Land memperkenalkan kawasan Burgundy di Rancamaya, Bogor, serta Botanic Villa di Navapark, BSD City. 

Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Clement Francis menilai, aktivitas peluncuran tersebut bukan tanpa alasan. Menurutnya, kuartal IV memang menjadi periode strategis bagi pengembang untuk mengejar target penjualan dan memanfaatkan momen peningkatan trafik pameran serta bonus akhir tahun.

“Biasanya Q4 itu periode carry-over, saat developer berusaha menggenjot booking agar bisa menutup tahun dengan baik. Selain itu, pelonggaran moneter dan insentif fiskal juga mendorong kepercayaan diri pasar,” ujar Clement kepada Kontan, Minggu (2/11/2025). 

Baca Juga: Pasar Rumah Premium Stabil, Developer Kelas Atas Tetap Ekspansif

Clement menjelaskan, tren pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi salah satu katalis yang mengangkat sentimen pasar properti, termasuk segmen premium. Penurunan BI Rate ke level 5,25% pada Juli 2025 memperbaiki biaya dana perbankan dan menambah keyakinan pembeli berpenghasilan tinggi.

Selain itu, relaksasi rasio Loan to Value (LTV) hingga 0% dan perpanjangan insentif PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) juga menjadi stimulus tambahan. Menurutnya, ini membantu konsumen kelas menengah naik ke segmen atas. 

Ia menjelaskan, saat ini peta persaingan di segmen premium masih didominasi oleh pengembang besar yang memiliki kawasan township matang seperti Sinarmas Land, Summarecon, Agung Podomoro, Ciputra, dan Alam Sutera.

Namun, persaingannya tidak terlalu keras karena masing-masing punya ekosistem dan pasar yang berbeda. Faktor utama pembeda sekarang bukan sekadar luas bangunan, tetapi pengalaman tinggal macam green luxury, smart home, atau fasilitas komunitas eksklusif seperti klub dan retail center.

Nah, peluncuran produk di waktu yang berdekatan jarang saling menggerus pasar, karena tiap township memiliki karakteristik dan daya tarik sendiri. “Selama diferensiasinya jelas, mereka justru saling menguatkan persepsi bahwa pasar premium sedang hidup,” ujarnya.

Baca Juga: Alam Sutera Kejar Penjualan Akhir Tahun, Andalkan Produk Baru dan Insentif Properti

Dari sisi pembeli, karakter konsumen premium kini lebih beragam. Di kawasan BSD–Serpong, misalnya, mayoritas pembeli berasal dari kalangan profesional di sektor teknologi, keuangan, dan ekspatriat, dengan prioritas pada akses transportasi dan sekolah internasional. 

Sementara di area Bogor dan Rancamaya, pembeli didominasi keluarga muda dan pelaku usaha yang menginginkan lingkungan lebih hijau dan tenang.

Secara umum, Clement menyebut pembelian rumah premium kini lebih bersifat utility dan prestige, bukan lagi untuk flipping atau investasi jangka pendek.

Melihat ke tahun depan, Clement memproyeksikan prospek pasar hunian premium masih hati-hati hingga positif. Dengan moneter yang lebih akomodatif dan insentif fiskal yang masih berlanjut hingga 2027, minat konsumen kelas atas dinilai tetap kuat.

Namun, tantangan tetap ada. “Kenaikan biaya konstruksi dan harga tanah membuat affordability gap makin lebar, sementara bank juga makin selektif terhadap KPR besar. Jadi developer harus cermat dalam profiling pembeli dan skema pembayarannya,” tutup Clement.

Baca Juga: Summarecon Serpong Luncurkan Rumah Mewah Bertajuk Ardea, Harga Mulai Rp 5,3 Miliar

Selanjutnya: Relaksasi Ekspor Konsentrat Amman Dibuka, Pengamat: Pemerintah di Posisi Dilematis

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (3/11), Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×