Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah lesunya sektor properti, sejumlah pengembang (developer) besar justru terpantau aktif meluncurkan produk baru di segmen hunian premium.
Sebut saja Sinarmas Land dan Summarecon Agung (SMRA). Pada kuartal IV-2025, keduanya kompak meluncurkan klaster hunian premium baru.
Pada bulan Oktober, Sinarmas Land meluncurkan kawasan hunian premium bertajuk Burgundy di Rancamaya, Bogor, serta hunian super premium bertajuk Botanic Villa di kawasan Navapark, BSD City.
Masih di bulan yang sama, Summarecon Agung juga meluncurkan rumah mewah tiga lantai di Klaster Heron Kawasan Summarecon Serpong.
Menurut Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Joko Suranto, pada dasarnya penjualan di segmen premium memang masih relatif tinggi di tengah lesunya pasar properti. Ia mencatat, pertumbuhan per September 2025 naik 7% secara tahunan.
Baca Juga: Summarecon Serpong Luncurkan Rumah Mewah Bertajuk Ardea, Harga Mulai Rp 5,3 Miliar
Nah aktifnya para developer meluncurkan produk, kata Joko, didorong oleh pasar yang stabil. “Pelaku yang ada di segmen ini sebenarnya relatif sedikit, makanya secara market cap itu sudah tetap,” ungkap Joko kepada Kontan, Minggu (2/11/2025).
Dengan kata lain, persaingan di antara pengembang tak seberapa besar. Pun, Joko bilang masing-masing pengembang punya jaringan market yang diyakini sehingga bisa leluasa membangun di segmen premium.
Baca Juga: Sinar Mas Land Luncurkan Proyek Perdana di Rancamaya, Burgundy
Selain itu, konsumen dari segmen ini memiliki pendapatan yang tetap dan tak terpengaruh dengan kondisi makro. Wakil Ketua DPP REI Bambang Ekajaya menyebut, konsumen rumah premium umumnya membeli karena keinginan.
“Misal untuk mengganti rumah yang lebih besar dan nyaman, atau untuk anak yang akan menikah,” katanya.
Maka, Bambang menilai ke depannya prospek rumah premium bakal selalu ada dan kebal resesi. Hanya saja, kini ada pergeseran tujuan pembelian oleh konsumen.
Ia menyoroti, saat ini konsumen investor, alias yang membeli rumah premium untuk investasi praktis, sudah sangat minim. Pasalnya, imbal hasil (return) di sektor properti sudah tak lagi menarik seperti dulu.
Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) Raih Marketing Sales Rp 7,10 Triliun per September 2025
Selain itu, ketatnya dinas pajak mengawasi transaksi rumah premium turut menjadi pertimbangan para konsumen.
Joko bilang memang konsumen biasanya membeli rumah premium untuk kebutuhan penataan portofolio atau kepentingan bisnis. “Misal bagian dari tabungan, ataupun sebagai aset yang bisa jadi jaminan. Sehingga tanpa terasa mereka punya aset,” kata Joko.
Menurutnya, katalis eksternal yang bisa mendorong penjualan rumah premium adalah insentif PPN-DTP 100% untuk produk properti seharga hingga Rp 2 miliar dan 50% untuk produk properti seharga Rp 2 miliar–Rp 5 miliar. Prediksinya, stimulus yang diberikan pemerintah bakal terasa dampaknya di awal tahun depan.
Baca Juga: Alam Sutera Kejar Penjualan Akhir Tahun, Andalkan Produk Baru dan Insentif Properti
Selanjutnya: Masih Ada Potensi Window Dressing, Begini Potensi Gerak IHSG di Bulan Ini
Menarik Dibaca: 7.500 Pelari Ramaikan PLN Electric Run 2025, Kurangi Emisi dari Setiap Langkah Lari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













