Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Era perdagangan barter ternyata tidak hanya identik dengan zaman prasejarah. Meski kini uang sudah menjadi alat tukar menukar yang lazim digunakan tetapi di Indonesia masih mengenal sistem pembayaran barter. Direktur Utama PT Perum Damri Agus S. Subrata mengaku masih kerap menerima singkong dan pisang sebagai alat pembayaran.
"Di daerah terpencil barter sama singkong dan pisang masih ada juga," kata Agus saat ditemui di Jakarta, Selasa (26/11).
Hal itu dialaminya di kabupaten Sarmi, Papua. Tanpa membeberkan tarif bus yang dikenakannya, menurutnya pembayaran dengan sistem barter terjadi karena memang para pedagang yang hendak menjual hasil kebunnya itu benar-benar tidak mempunyai uang. Bahkan kata dia, ada pula yang membayar setelah dagangannya laku terjual.
"Kadang berangkatnya gratis, baru pulangnya bayar," imbuhnya.
Guna mengakomodir para pedagang yang tersebut, Damri telah bekerja sama dengan Ditjen Perhubungan Darat untuk menggunakan truk. Rencananya moda transportasi tersebut akan dioperasikan mulai tahun depan. Sayangnya Agus belum bisa memastikan dimana truk-truk itu akan mulai dioperasikan.
Itu sebabnya, kata Agus, mengapa angkutan perintis diperlukan. Selain menghubungkan daerah terpencil, adanya angkutan perintis juga diyakini akan membuka perekonomian daerah. Selama ini angkutan perintis di Indonesia baru terjangkau sekitar 10% dari seluruh wilayah Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News